Desa Wisata Tinalah -->
Paket Wisata Jogja Dewi Tinalah

Pendidikan Biologi UAD Kemah Ilmiah di Desa Wisata Tinalah

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) lakukan kegiatan kemah Ilmiah di Desa Wisata Tinalah (Dewi Tinalah) Kulon Progo, 16 s.d. 17 November 2019. Kemah Ilmiah merupakan kegiatan dari Kelompok Studi bidang botani, zoologi, lingkungan dan pendidikan yang diikuti oleh mahasiswa semester 1, 3, dan 7.


Camping Ilmiah Dewi Tinalah Pendidikab Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta


Kemah ilmiah ini merupakan program kelompok studi supaya mahasiswa dapat menemukan ide untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan dilakukan dengan obeservasi di lingkungan kawasan Desa Wisata Tinalah, wawancara dengan pengelola dan masyarakat di kawasan Dewi Tinalah. Hal ini untuk melatih mahasiswa dapat kreatif dan mengelaborasi potensi yang ada di desa wisata menjadi bahan belajar bidang pendidikan biologi. 


Galuh Alif Fahmi Rizki, M.Pd., yang merupakan alumni Pendidikan Biologi UAD lulusan tahun 2014 mengatakan, desa wisata Tinalah merupakan kawasan desa yang berada di Pegunungan Menoreh Kulon Progo dengan berbagai ragam flora dan fauna serta lingkungan alam beragam yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi dan laboratorium alam untuk mendukung pembelajaran biologi.

Kegiatan kemah ilmiah ini harapannya tidak hanya sekedar program yang berlangsung sesaat di Dewi Tinalah, namun dapat menjadi program berkelanjutan bagi Pendidikan Biologi, baik dosen maupun mahasiswa untuk penelitian dan pengabdian terkait dengan pendidikan biologi dan lingkungan, jelas Novi Febriyanti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UAD.

Rangkaian kegiatan kemah ilmiah tidak hanya berupa obsevasi lingkungan untuk keperluan kelompok studi, kegiatan juga diisi dengan aktivitas outbound bagi dosen dan mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan kekompoakan tim, kreatifitas, dan ketangkasan dalam menemukan ide-ide baru yang dapat memberikan manfaat bagi literasi pendidikan biologi.

Kegiatan ditutup oleh Yahya Hanafi, M.Sc. sekaligus melantik mahasiswa menjadi anggota Kelompok Studi Pendidikan Biologi semester 1, 3, dan 7. Harapnnya kegiatan ini tidak hanya sekerda kemah ilmiah dan pelantikan, tetapi dengan adanya kelompok studi dapat menghasilkan berbagai ragam karya yang bermanfaat bagi Pendidikan Biologi dan sebagai ruang mahasiswa mengembangkan diri dan kreatifitas dengan keilmuan yang didapatkan di kuliah.

Camp of Spirit Lintas Komunitas DIY 2019 - Desa Wisata Tinalah

Lintas Komunitas Istimewa Peduli Wisata DIY menyelenggarakan Camp of Spirit Lintas Komunitas di Desa Wisata Tinalah bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan akan dilaksanakan pada 26 sd 27 Oktober 2019. Peserta yang terlibat dari berbagai lintas komunitas wisata, Multirotor Jogja, VW Mentaok, VW Jogja, Grobak Sapi, MAC, Land Rover, Sekapariwisata, HWR, JVTC, Formakers, Dewi Mangunan, Dewi Samirejo, Forkom Dewi Kulon Progo, Dewi Ngingrong, Dewi Nglanggeran, Dewi Tiga Warna, Corolla DX, Harley Vintage, Jeep Shifa, Anter Dance, Avoid, Pajero One, Mercy, Charade, HDCI, BMW, RX Special, Jogja Cycling Community, AELI, WW Clob Jogja, Anak Bengkel Vespa, Mata Rantai, MSC, Pojok Ontel, Fotografi, Dobel Cabin, Alpahard. 

Camp of Spirit Lintas Komunitas DIY - Desa Wisata Tinalah
 
Rangkaian acara berupa camping lintas komunitas, api unggun, atraksi budaya, sharing lintas komunitas, art performance dari berbagai komunitas, wayang kulit. Wayang kulit dimeriahkan oleh Ki Haryanto A Juwono, Ki Wibowo, Ki Restu Wijaya, dan bintang tamu Wisben Gito Gilang.


8 Kebijakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kulon Progo



Kabupaten Kulon Progo saat ini mendapatkan tantangan dengan adanya pembangunan bandara baru di Yogyakarta. Berbagai sektor yang ada di kabupaten harus bisa beradaptasi dan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan perekonomian daerah.

8 Kebijakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kulon Progo
 
Dampak yang nantinya banyak dirasakan dari pembangunan bandara adalah sektor pariwisata, mulai dari tempat wisata, penginapan, kuliner, aneka oleh-oleh, pertunjukan budaya dan kesenian. Sektor pariwisata harus mempunyai strategi matang agar siap dengan segala efek pembangunan bandara.

Baca Juga: Tempat Camping dan Outbound Kulon Progo

Dengan ini, Pemda Kabupaten Kulon Progo mengeluarkan kebijakan untuk mewujudkan kawasan pariwisata yang maju. Kebijakan ini dituangkan dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 – 2032 (Pasal 66 Ayat &).

Kebijakan pengembangan kawasan pariwisata Kulon Progo sebagai berikut:

  1. Mengembangkan jaringan promosi pariwisata dengan daerah lain.
  2. Menetapkan kawasan unggulan, andalan dan potensial pengembangan pariwisata.
  3. Mengembangkan brand daerah.
  4. Meningkatkan akses menuju objek wisata.
  5. Meningkatkan fasilitas pendukung objek wisata.
  6. Diverivikasi produk pendukung pariwisata.
  7. Melindungi situs budaya masa lampau.
  8. Meningkatkan peran serta masyarakat pelaku pariwisata.
Dengan kebijakan tersebut merupakan langkah tepat bagi Kabupaten Kulon Progo siap menghadapi gelobang besar setelah selesainya pembangunan bandara baru. Peluang pariwisata harus ditangkap dari sekarang agar kita bisa menjadi pemain langsung sebagai penggerak perekonomian Kulon Progo.

Info Grafik 8 Kebijakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kulon Progo

8 Kebijakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kulon Progo
 
 


Desa Wisata Tinalah Mengikuti Workshop Pariwisata Tingkat ASEAN Plus Three




Desa Wisata Tinalah mengikuti kegiatan workshop pengembangan desa wisata di tingkat negara ASEAN Plus Three yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dengan tema ASEAN Plus Three Workshop on Tourism Village Community Service and Product Enhancement to Attract Youth Travellers. Kegiatan dilaksanakan pada 10 s.d. 12 September di Daerah Istimewa Yogyakarta. 

workshop-pariwisata-asean-three-plus-v1
Pengelola Desa Wisata Tinalah Mengikuti Worksop Pariwisata Tingkat ASEAN

ASEAN Three Plus merupakan hubungan kerja sama ASEAN Plus Three (APT) yang terbentuk sejak tahun 1997 yang melibatkan tiga negara Asia Timur yakni Cina, Jepang, dan Korea. Kerja sama APT berdasar Joint Statement on East Asia Cooperation (1997) mencakup perdagangan, investasi, keuangan dan perbankan, transfer teknologi, teknologi telematika, e-commerce, industri, pertanian, usaha kecil dan menengah, pariwisata, pengembangan wilayah pertumbuhan, jejaring dunia usaha, dan iptek. 



ASEAN Three Plus yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia  merupakan forum diskusi dan berbagi pengalaman dalam pengembangan desa wisata di negara Asia Tenggara, Korea, Jepang dan Tiongkok agar dapat menarik bagi para wisatawan muda (youth travellers).

Baca Juga: Kegiatan Atraksi Wisata di Dewi Tinalah

Dalam diskusi ini membahas tiga hal pokok, pertama mengenai Developing The Product Of Tourism Village Based On Community Based Tourism yang membahas tentang Community empowerment to create creative product and develop tourism package in tourism village dengan narasumber Mr. Benito C. Bengzon (Jr, Undersecretary for Tourism Development and Head of NTO, the Phillipines), Destha Titi Raharjana (Dosen Universitas Gadjah Mada), Ir. Doto Yogantoro (Praktisi Desa Wisata).

Kedua, RURAL TOURISM DESIGN FOR MILLENIAL TOURISM EXPERIENCE membahas tentang Strategy and policy to implement rural tourism as a new alternative to attract youth travellers in millennial era dengan narasumber Madam Khaing Mee Mee Htun (Head of Culture and Tourism Unit, ASEAN Korea Centre), Dr. Vitria Ariani (Chair of the Acceleration of Rural and Urban Tourism Team, Ministry of Tourism of the Republic of Indonesia), Mujimin (Head of Tebing Breksi Tourism Awareness Group).

Baca juga: Pengertian Desa Wisata

Ketiga, SHARING EXPERIENCE BY COUNTRY membahas tentang Sustainable Rural Tourism Bussiness and Best Practices dengan narasumber Ms. Praphatsorn Vardhanabhuti (Head of Creative Tourism Division, Designated Areas for Sustainable Tourism Administration, the Kingdom of Thailand), Mangku Kandia (Executive Director Awitour and Travel), dan Sugeng Handoko (Sekretaris Desa Wisata Ngglanggeran).


workshop-pariwisata-asean-three-plus
Peserta Worksop Mengikuti Atraksi Wisata Gamelan di Desa Wisata Pentingsari

Kegiatan ASEAN Plus Three  dibuka di Desa Wisata Pentingsari, Sleman, Yogyakarta. Di Desa Wisata Pentingsari, peserta workshop menginap di homestay dan mengikuti paket wisata kegiatan seperti membatik, membuat wayang, dan gamelan. Peserta merasakan kehidupan tinggal di desa yang lestari dengan kelestarian budaya dan kearifan lokalnya.

Kegiatan dilanjutkan di Tebing Breksi dan Candi Ijo, yang merupakant empat wisata hits dan instagramable untuk kaum milenials. Peserta menikmati tour dengan jeep melintasi kawasan Tebing breksi dan melihat sunset di Candi Ijo.

Baca Juga: Kegiatan Wisatawan Mancanegara di Dewi Tinalah

Penutupan workshop dilaksanakan di Hotel Phoenik (berdiri tahun 1918), merupakan bangunan yang sudah dimasukkan dalam Daftar Entitas Kebudayaan sebagai cagar budaya berdasarkan Data Referensi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada saat bernama Hotel Merdeka pada 1951, Presiden pertama RI, Soekarno bahkan sempat berkantor sementara di hotel ini ketika ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.



Tantangan pariwisata berkelanjutan di era milenial perlunya kemampuan kewirausahaan, digital marketing, distribusi pendapatan yang berkeadilan, dan harus mampu think out of the box. Konsep pariwisata di era milenial adalah pemasaran, kearifan lokal, dan story telling. Forum diskusi dan berbagi pengalaman dalam pengembangan desa wisata di negara Asia Tenggara, Korea, Jepang dan Tiongkok diharapkan dapat  menarik wisatawan muda (youth travellers) untuk berkunjung ke destinasi wisata ASEAN Plus Three. 





Desa Wisata berbasis Ekowisata - Dewi Tinalah



Ekosistem sungai merupakan sumber daya alam potensial yang dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik ekowisata untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan mendorong program konservasi sungai. Kawasan sungai Tinalah dikembangkan lebih lanjut dengan prinsip-prinsip pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan untuk pengembangan desa wisata.


ekowisata-desa-wisata-yogyakarta
Kawasan Ekowisata Desa Wisata Tinalah - Wisata Kulon Progo

Pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu pariwisata yang aktivitasnya tetap memperhatikan keseimbangan alam, lingkungan, budaya dan ekonomi agar pariwisata tersebut terus berlanjut. Dengan kata lain, pengelolaannya haruslah dapat memberikan keuntungan secara ekonomi bagi seluruh pihak terkait baik itu pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat setempat. 

Baca Juga: Camping di Desa Wisata Tinalah

Pengembangan kawasan sungai sebagai ekowisata terdapat beberapa prinsip yang harus dimengerti, yaitu pelestarian, pendidikan, pariwisata, perekonomian, dan partisipsi masyarakat setempat. Dengan mengedepankan pariwisata yang bertanggung jawab, serta memberi kontribusi terhadap kelestarian alam, InsyaAllah akan ada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.




Kelas Digital Marketing Kelas Digital Marketing