Desa Wisata Tinalah -->

Event Tinalah Mlaku Bareng

19 Oktober 2025 - Mari menjelajahi Desa Wisata Tinalah dengan penuh makna dan menyenangkan.

Daftar Sekarang

Serunya Aktivitas Bersama Keluarga - Teman - Komunitas

tempat outbound, camping, makrab, live in, dan workshop

Chat Dewi Tinalah Download Katalog

BERBAGAI MACAM KESERUAN ATRAKSI WISATA LIVE IN, OUTBOUND, CAMPING, MAKRAB, GATHERING UNTUK KOMUNITAS

Berbagai keseruan dan pengalaman di Desa Wisata Tinalah - Telah mendapatkan penghargaan Top 50 ADWI dari Kemenparekraf Digital Creative Tourism by Mark Plus dan Responsible Tourism Awards Southeast Asia ASEAN

Pilihan Aktivitas di Desa Wisata Tinalah

Banyak aktivitas yang bisa kamu pilih di sini

Paket Camping Jogja

Camping Outdoor

Paket Outbound Jogja

Outbound

Paket Makrab Jogja

Makrab

River Tubing Jogja Magelang

River Tubing

Penginapan Jogja Live In

Live In

Penginapan Jogja Homestay

Home Stay

Wisata Alama Jogja

Wisata Alam Puncak Kleco

Wisata Alam Jogja Goa Sriti

Wisata Alam Goa Sriti

Wisata Alam Jogja Jelajah Sungai

Wisata Alam Jelajah Sungai

Jeep Adventure

Jeep Adventure

Rock Painting

Rock Painting

Studi Desa Wisata

Studi Desa Wisata

Segera reservasi untuk berbagai keseruan aktivitasmu

dapatkan paket atraksi terbaik di Desa Wisata Tinalah

Berpengalaman sejak tahun 2013 dan hingga saat ini telah melayani ribuan travelers / klien setiap tahunnya. **hingga akhir tahun 2024, melayani lebih dari 850++ klien grup family, Instansi Pendidikan & korporat dengan lebih dari 75.000++ traveler / wisatawan / peserta kegiatan dari seluruh Indonesia dan mancanegara.

Paket Camping Jogja
  • PAKET CAMPING
  • camping untuk komunitas, pramuka, sekolah, universitas
  • 60.000
    / orang
  • Durasi 3H2M
  • Minimal 50 orang
  • Asuransi
  • Full Fasilitas
  • Reservasi
Paket Outbound Jogja
  • PAKET OUTBOUND
  • Paket outbound untuk berbagai kalangan dan usia
  • 150.000
    / orang
  • Durasi 1 Hari
  • Minimal 20 orang
  • Asuransi
  • Full Fasilitas
  • Detail Kegiatan
Paket Makrab Jogja
  • PAKET MAKRAB
  • Tempat Makrab untuk Mahasiswa / Komunitas
  • 55.000
    / orang
  • Durasi 2H1M
  • Minimal 50 orang
  • Asuransi
  • Full Fasilitas
  • Reservasi
  • PAKET LIVE IN
  • camping untuk komunitas, pramuka, sekolah, universitas
  • 750.000
    / orang
  • Durasi 3H2M
  • Minimal 50 orang
  • Asuransi
  • Full Fasilitas
  • Detail Kegiatan
  • PAKET JELAJAH ALAM
  • Paket wisata alam untuk berbagai kalangan dan usia
  • 350.000
    / orang
  • Durasi 1 Hari
  • Minimal 5 orang
  • Asuransi
  • Full Fasilitas
  • Detail Kegiatan
  • PAKET HOMESTAY
  • Tempat Homestay untuk berbagai kalangan / Komunitas
  • 275.000
    / orang
  • Durasi 1 Malam
  • Cek in 13.00 WIB
  • Cek out 11.00 WIB
  • Asuransi & Full Fasilitas
  • Detail Kegiatan
Mlaku Bareng Paket Wisata Jogja Dewi Tinalah

Perubahan UU Kepariwisataan 2025: Peluang Besar untuk Desa Wisata, Masyarakat Lokal, dan Kolaborasi Pentahelix

Pada 2 Oktober 2025, pemerintah resmi mengesahkan Undang-Undang Kepariwisataan yang baru, menggantikan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009. Perubahan besar ini dinilai sebagai tonggak penting dalam pengelolaan dan pembangunan pariwisata Indonesia, terutama karena undang-undang baru memperkenalkan pendekatan yang jauh lebih holistik, manusiawi, dan berkelanjutan. Melalui konsep “ekosistem kepariwisataan”, sektor pariwisata kini dipandang sebagai sistem yang saling terhubung antara masyarakat, budaya, alam, usaha, teknologi, dan tata kelola.

Perubahan UU Kepariwisataan 2025: Peluang Besar untuk Desa Wisata, Masyarakat Lokal, dan Kolaborasi Pentahelix

Salah satu elemen paling menonjol dari UU Kepariwisataan yang baru adalah penempatan masyarakat dan budaya sebagai pilar utama pembangunan pariwisata. Selain itu, pemerintah memperkuat kebijakan tentang desa wisata, memperjelas kriteria, tahap perkembangan, serta mekanisme perizinannya. Undang-undang yang baru ini memberikan ruang lebih besar bagi desa untuk tumbuh sebagai destinasi berkualitas, berdaya saing, dan tetap menjaga akar budaya lokal.

Apa yang Berubah dalam UU Kepariwisataan yang Baru?

Berikut adalah poin-poin kunci yang menjadi pembeda utama dalam Undang-Undang Kepariwisataan 2025:

1. Konsep Ekosistem Kepariwisataan

UU baru memperkenalkan paradigma bahwa pariwisata tidak boleh hanya dilihat sebagai industri atau sektor ekonomi, tetapi sebagai sebuah ekosistem. Pendekatan ini mencakup:

  • pelaku usaha
  • masyarakat
  • budaya
  • lingkungan
  • tata kelola
  • teknologi
  • pemasaran

Semua elemen ini saling terkait dan harus dikelola secara terpadu agar pariwisata dapat memberikan manfaat menyeluruh.

2. Masyarakat dan Budaya sebagai Pilar Sentral

UU sebelumnya tidak secara eksplisit menempatkan masyarakat sebagai aktor utama. Pada UU baru, masyarakat lokal menjadi subjek penting yang memiliki hak, peran, dan kesempatan untuk mengembangkan destinasi berbasis budaya dan kearifan lokal.

3. Penguatan dan Klasifikasi Desa Wisata

Desa wisata kini memiliki empat kategori perkembangan:

  • Rintisan
  • Berkembang
  • Maju
  • Mandiri

Dengan kriteria yang jelas, desa dapat menata diri lebih terarah sesuai kapasitas dan potensi yang dimiliki. Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota memiliki peran yang lebih terstruktur dalam pembinaan dan pengawasan.

4. Penguatan Kapasitas SDM

UU menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelaku pariwisata, baik masyarakat desa, pengelola destinasi, maupun pelaku usaha. Hal ini membuka peluang peningkatan kompetensi wisata lokal secara lebih merata.

5. Digitalisasi dan Teknologi

Teknologi informasi, pemasaran digital, dan digitalisasi destinasi kini menjadi elemen wajib dalam pengelolaan pariwisata modern. Desa wisata didorong untuk mulai menggunakan teknologi dalam:

  • pengelolaan data kunjungan
  • sistem reservasi
  • pemasaran destinasi
  • edukasi masyarakat

6. Pemasaran Terpadu

UU ini menambahkan bab khusus mengenai pemasaran terpadu, menekankan pentingnya citra pariwisata nasional dan strategi branding destinasi agar lebih kompetitif di pasar global.

7. Pengelolaan Destinasi yang Lebih Terstruktur

UU baru memperkuat tata kelola destinasi, meliputi perencanaan, standar kualitas, hingga keberlanjutan lingkungan.

Landasan Baru Pariwisata Berbasis Budaya dan Masyarakat Lokal

Dalam pasal-pasal baru (Pasal 17Q–17S), UU Kepariwisataan secara tegas memberi ruang bagi masyarakat untuk:

  • membentuk destinasi pariwisata berbasis budaya,
  • membangun kelompok sadar wisata,
  • membentuk destinasi berbasis masyarakat selain desa wisata,
  • mengelola daya tarik wisata yang menyatu dengan tradisi, kehidupan, dan tata cara masyarakat.

Ini merupakan langkah maju yang memberikan pengakuan formal terhadap peran masyarakat dalam pariwisata—sesuatu yang selama ini kuat di lapangan, tetapi minim perlindungan hukum.

Kriteria dan Tujuan Pembangunan Desa Wisata

UU baru mengatur bahwa desa wisata bertujuan untuk:

  • melestarikan budaya lokal
  • meningkatkan kesejahteraan masyarakat
  • mengurangi kemiskinan
  • menyediakan ruang ekonomi baru
  • mengangkat kearifan lokal
  • mempercepat pembangunan desa secara terpadu

Kriteria desa wisata pun lebih diperjelas:

  • Memiliki daya tarik wisata autentik
  • Masyarakat peduli dan terhubung dengan potensi wisata
  • Infrastruktur dasar tersedia

Dengan adanya standar ini, desa dapat melakukan perencanaan yang lebih sistematis.

Relevansi UU Baru bagi Desa Wisata sebagai Peluang dan Masa Depan

Perubahan UU Kepariwisataan memberi peluang besar bagi desa wisata di Indonesia, termasuk bagi desa yang baru mulai berkembang maupun yang sudah memiliki rekam jejak pariwisata yang kuat.

1. Peluang Pembentukan dan Pengembangan Destinasi Baru

UU baru membuka pintu lebih luas untuk desa yang memiliki potensi budaya atau alam. Proses perizinan menjadi jelas, mekanisme pendampingan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lebih terstruktur.

2. Penguatan Kelembagaan Desa Wisata

Dengan adanya regulasi mengenai tahap perkembangan, desa memiliki peta jalan yang jelas untuk naik level dari rintisan menuju mandiri.

3. Masyarakat sebagai Pemegang Peran Utama

Peran masyarakat kini diakui secara hukum sebagai aktor inti pengembang destinasi. Ini memperkuat posisi Pokdarwis dan kelompok budaya lokal.

4. Kesempatan untuk Mengadopsi Teknologi

Digitalisasi menjadi syarat mutlak dalam pariwisata modern agar Desa wisata yang adaptif akan lebih kompetitif.

  • pemasaran media sosial
  • e-ticketing
  • virtual tour
  • smart destination
  • data wisatawan

5. Potensi Kolaborasi Lebih Besar

Dengan UU baru, desa wisata memiliki landasan hukum yang kuat untuk membangun jejaring dengan perguruan tinggi, sektor swasta, pemerintah, dan media.

Peran Pentahelix dalam Mendukung Implementasi UU Pariwisata 2025

Pengembangan pariwisata di desa tidak bisa berjalan sendiri. Pendekatan pentahelix—kolaborasi antara Pemerintah (G), Akademisi (A), Bisnis (B), Komunitas (C), dan Media (M)—menjadi semakin relevan.

1. Pemerintah

  • Mengeluarkan izin dan regulasi
  • Memberikan bimbingan teknis
  • Menyediakan infrastruktur dasar
  • Memonitor pengelolaan destinasi

2. Akademisi

  • Melakukan pelatihan dan pendampingan
  • Menghadirkan inovasi dan riset
  • Menyusun model pengelolaan berkelanjutan

3. Bisnis

  • Mendukung investasi pariwisata
  • Membuka peluang kemitraan usaha lokal
  • Menyelenggarakan program pemberdayaan

4. Komunitas dan Desa (Masyarakat)

  • Menjadi pelaku utama pengelola destinasi
  • Menghidupkan budaya, kuliner, dan kearifan lokal
  • Menjaga kelestarian lingkungan

5. Media

  • Menguatkan branding destinasi
  • Mempromosikan narasi positif
  • Menyebarkan informasi yang valid

Dengan dukungan pentahelix, UU Kepariwisataan yang baru dapat diimplementasikan secara efektif, menciptakan desa wisata yang maju secara ekonomi, kuat secara budaya, dan lestari secara lingkungan.

Ini Momentum Emas bagi Desa Wisata Indonesia

Perubahan UU Kepariwisataan 2025 membawa angin segar bagi pariwisata Indonesia, terutama bagi desa yang menjadi tulang punggung wisata berbasis budaya. Regulasi baru memberi kepastian hukum, arah pembangunan yang lebih jelas, serta perlindungan terhadap masyarakat sebagai pemilik budaya.

Kini saatnya desa wisata memperkuat kelembagaan, memperbaiki tata kelola, memanfaatkan teknologi, memperluas kolaborasi, serta menggali potensi budaya dan alam secara berkelanjutan.

Dengan dukungan seluruh unsur pentahelix, masa depan desa wisata Indonesia akan semakin cerah, inklusif, dan berdaya saing global. Ingin belajar desa wisata? Yuk ke Desa Wisata Tinalah, Pusat Sumber Belajar Desa Wisata Indonesia (PSBDWI). Info WA 085729546678

Universitas AKPRIND Indonesia dan STIPRAM Yogyakarta Resmi Serahkan Hasil Program Kosabangsa 2025 untuk Penguatan Ekowisata Purwoharjo

Kulon Progo, Yogyakarta – Universitas AKPRIND Indonesia bersama STIPRAM Yogyakarta resmi melaksanakan Serah Terima Hasil Program Kosabangsa Tahun 2025 serta Penandatanganan Prasasti Program Kosabangsa di Kalurahan Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo. Acara berlangsung pada Sabtu (15/11) di Gedung Kalurahan Purwoharjo dan dihadiri langsung oleh Bupati Kulon Progo, Dr. R. Agung Setyawan, S.T., M.Sc., M.M. beserta jajaran pejabat daerah terkait. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kerja sama antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas desa melalui inovasi teknologi. Kehadiran para pemangku kepentingan menandai dukungan yang kuat terhadap pengembangan Purwoharjo sebagai kawasan ekowisata yang berkelanjutan.


Universitas AKPRIND Indonesia dan STIPRAM Yogyakarta Resmi Serahkan Hasil Program Kosabangsa 2025 untuk Penguatan Ekowisata Purwoharjo


Program Kosabangsa 2025 mengusung tema “Penerapan Teknologi Pangan, Air Bersih, dan Pengelolaan Sampah untuk Mendukung Ekowisata di Kalurahan Purwoharjo.” Tema ini menunjukkan fokus pada pemanfaatan IPTEKS untuk mendukung kebutuhan dasar masyarakat sekaligus mendorong aktivitas wisata ramah lingkungan. Program ini terlaksana melalui pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia sebagai dukungan nyata pemerintah terhadap pengabdian masyarakat berbasis teknologi. Kolaborasi ini menjadi salah satu bentuk penguatan sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menghadirkan solusi berkelanjutan untuk desa.


Acara dibuka dengan sambutan dari Panewu Samigaluh, Senija, S.IP., M.Si., yang menyampaikan apresiasi atas kontribusi tim pelaksana dalam pemberdayaan Purwoharjo. Ia menekankan bahwa keberadaan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dikembangkan sangat membantu masyarakat dalam aspek pangan, air bersih, dan pengelolaan sampah. Menurutnya, hasil program ini selaras dengan visi Samigaluh sebagai kawasan wisata yang menonjolkan pelestarian lingkungan. Senija berharap kegiatan serupa dapat terus dikembangkan agar manfaatnya semakin luas bagi masyarakat di berbagai padukuhan.


Ketua Pelaksana Kosabangsa 2025, Novi Irawati, S.T., M.Sc., memaparkan rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan selama program berlangsung. Novi menjelaskan bahwa tim telah merancang dan mengimplementasikan sejumlah TTG yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pangan, penyediaan air bersih, serta pengelolaan sampah dengan teknologi ramah lingkungan. Ia menambahkan bahwa TTG tersebut disesuaikan dengan kondisi geografis dan sosial masyarakat Purwoharjo sehingga teknologi dapat dioperasikan dan dipelihara secara mandiri. Program ini juga mendukung arah pengembangan Purwoharjo sebagai kawasan ekowisata yang menonjolkan keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.


Ketua Pendamping Kosabangsa 2025, Dr. Edhy Sutanta, S.T., M.Kom., dalam sambutannya memaparkan rekam jejak program pengabdian masyarakat di Kulon Progo selama empat tahun terakhir. Dr. Edhy menyoroti sejumlah program penting seperti gerakan penanaman 5000 pohon di Banjarasri–Banjararum, program sekolah sampah, pengelolaan desa binaan, serta penerapan TTG di berbagai wilayah. Ia menyampaikan bahwa tahun ini, Program Kosabangsa difokuskan di kawasan Tinalah–Purwoharjo bekerja sama dengan STIPRAM Yogyakarta sebagai bagian dari penguatan pengembangan ekowisata. Menurutnya, konsistensi program tersebut membuktikan komitmen perguruan tinggi dalam mendukung kesejahteraan masyarakat.


Pada kesempatan tersebut dilakukan penyerahan 13 unit Teknologi Tepat Guna beserta dokumen panduan operasionalnya kepada pemerintah Kalurahan Purwoharjo. Daftar TTG meliputi pengolah air siap minum dan alat pemantau kualitas air berkapasitas 50 galon per hari, PLTS untuk pengangkatan air, serta dispenser air siap minum. Selain itu, turut diserahkan mesin perajang rumput, mixer kompos, empat unit komposter, sistem hidroponik tenaga surya, automatic sprinkler, perajang sampah organik, incinerator minim asap, dan keranjang sampah plastik. Peralatan lainnya mencakup perajang keripik singkong, vacuum sealer, dan papan nama TTG sebanyak tiga set.


Prosesi serah terima dilakukan secara simbolis oleh Bupati Kulon Progo yang kemudian menandatangani prasasti Program Kosabangsa 2025 sebagai tanda peresmian pemanfaatan TTG di Purwoharjo. Penandatanganan prasasti menandai dimulainya implementasi berbagai teknologi tersebut untuk kebutuhan masyarakat dan pengembangan wisata. Bupati turut meninjau langsung beberapa peralatan TTG yang dipamerkan dan berdialog dengan tim pelaksana mengenai proses implementasinya. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam memastikan keberlanjutan dan kebermanfaatan program.


Dalam arahannya, Dr. R. Agung menyampaikan bahwa pembangunan desa akan berjalan optimal apabila dibarengi dengan penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pengabdian masyarakat. Ia menegaskan bahwa inovasi teknologi dari perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk membantu desa menghadapi tantangan kebutuhan dasar dan pariwisata berkelanjutan. Bupati juga mengapresiasi Universitas AKPRIND Indonesia dan STIPRAM Yogyakarta atas kontribusi nyata dalam mendukung Purwoharjo sebagai kawasan ekowisata unggulan. Ia berharap program ini terus berlanjut dan menjadi contoh bagi desa lain di Kulon Progo.


Dr. Edhy Sutanta dalam penutup sambutannya menyampaikan harapan agar seluruh teknologi yang diserahkan dapat dimanfaatkan dan dirawat dengan baik oleh masyarakat Purwoharjo. Ia meminta agar pihak desa tidak segan berkonsultasi jika menemukan kendala teknis dalam pemanfaatan peralatan. Menurutnya, teknologi tersebut bukan hanya perangkat fisik, tetapi sarana untuk meningkatkan kualitas hidup dan kapasitas masyarakat. Ia menegaskan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada kolaborasi dan komitmen berkelanjutan antara masyarakat, pemerintah desa, dan perguruan tinggi.


Dengan terlaksananya serah terima dan peresmian ini, Program Kosabangsa 2025 diharapkan menjadi langkah strategis dalam mendorong kemajuan Purwoharjo sebagai desa ekowisata yang mandiri dan berdaya saing. Melalui penerapan teknologi, peningkatan kapasitas masyarakat, dan kolaborasi multisektor, Purwoharjo diproyeksikan semakin mampu mengembangkan potensi alam, budaya, dan wisata edukatif yang berkelanjutan. Pemerintah desa bersama masyarakat siap melanjutkan pemanfaatan TTG sebagai bagian dari visi Purwoharjo menuju desa yang maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan.

Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata Bersama Desa Wisata Tinalah

Pariwisata berbasis desa kini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi masyarakat. Kehadiran desa wisata tidak hanya menyajikan keindahan alam, tetapi juga mengangkat budaya, kearifan lokal, dan potensi ekonomi kreatif masyarakat desa. 


Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata Bersama Desa Wisata Tinalah

Namun, untuk dapat berkembang secara berkelanjutan, setiap desa wisata membutuhkan strategi yang tepat dalam pengelolaan, pemasaran, hingga pengembangan paket wisata. Inilah yang melatarbelakangi hadirnya Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata dari Desa Wisata Tinalah.


Baca Juga: Program Kelas Desa Wisata


Dengan layanan ini, desa wisata di seluruh Indonesia dapat mendapatkan pendampingan langsung dari konsultan dan narasumber berpengalaman melalui konsultasi online atau coaching online. Tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu, program ini memungkinkan setiap pengelola desa wisata untuk memperoleh wawasan, strategi, dan solusi praktis dalam mengelola potensi wisata di daerahnya.


Mengapa Layanan Konsultasi Online untuk Desa Wisata Itu Penting?

Perkembangan desa wisata sering kali menghadapi tantangan besar. Beberapa masalah yang umum ditemui adalah:

  • Belum optimalnya pemetaan potensi wisata desa.
  • Minimnya kemampuan dalam pemasaran digital.
  • Kesulitan dalam membuat paket wisata yang menarik.
  • Keterbatasan pengetahuan dalam pengelolaan keuangan desa wisata.
  • Rendahnya akses terhadap narasumber desa wisata atau konsultan ahli.


Melalui konsultasi desa wisata secara online, tantangan tersebut dapat diatasi dengan lebih mudah. Desa tidak harus menunggu pelatihan tatap muka atau mendatangkan konsultan langsung ke lokasi, karena semua proses pendampingan dapat dilakukan secara digital melalui platform online.


Desa Wisata Tinalah sebagai Pelopor Konsultasi Online Desa Wisata

Sebagai desa wisata yang telah berkembang dan diakui secara nasional, Desa Wisata Tinalah (Dewi Tinalah) di Kulon Progo, Yogyakarta, hadir sebagai pelopor dalam menyediakan Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata.


Dewi Tinalah memiliki rekam jejak yang kuat:

  • Pengelolaan paket wisata edukasi, budaya, dan alam yang terstruktur.
  • Inovasi dalam digital marketing desa wisata melalui media sosial, website, dan platform digital.
  • Aktif mengikuti program pemerintah, termasuk kegiatan yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) terutama SDG 8 tentang pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.
  • Menjadi narasumber desa wisata dalam berbagai forum nasional dan lokal.


Dengan pengalaman tersebut, Desa Wisata Tinalah siap membagikan praktik terbaik (best practice) kepada desa wisata lain di seluruh Indonesia.


Ruang Lingkup Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata

Program konsultasi online desa wisata ini mencakup beberapa aspek penting agar pengelolaan desa wisata bisa berkembang secara menyeluruh:


1. Pemetaan Potensi Desa Wisata

Langkah pertama dalam membangun desa wisata adalah pemetaan potensi. Melalui coaching online, pengelola desa akan diajak untuk mengidentifikasi potensi yang ada, baik dari sisi alam, budaya, sejarah, maupun kreativitas masyarakat.

  • Bagaimana membuat data potensi wisata yang rapi dan terstruktur.
  • Teknik analisis SWOT untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
  • Penentuan segmentasi pasar berdasarkan potensi desa.


2. Pengembangan Paket Wisata

Setelah potensi terpetakan, langkah berikutnya adalah merancang paket wisata yang menarik. Konsultan desa wisata dari Dewi Tinalah akan memberikan panduan tentang:

  • Menyusun paket wisata edukasi, budaya, alam, dan petualangan.
  • Teknik storytelling agar paket wisata memiliki nilai jual.
  • Menentukan harga yang sesuai dengan pasar.
  • Meningkatkan kualitas layanan wisata agar memuaskan pengunjung.


3. Pemasaran Digital Desa Wisata

Di era digital, pemasaran menjadi kunci utama. Layanan konsultasi online ini akan memberikan strategi konkret terkait:

  • Optimalisasi media sosial (Instagram, TikTok, YouTube, Facebook).
  • Pengelolaan website desa wisata agar SEO friendly.
  • Pembuatan konten kreatif yang bisa menarik wisatawan.
  • Penggunaan platform marketplace pariwisata.


4. Pengelolaan Keuangan Desa Wisata

Manajemen keuangan yang sehat sangat penting untuk keberlanjutan. Dalam coaching online desa wisata, pengelola akan belajar tentang:

  • Membuat laporan keuangan sederhana untuk desa wisata.
  • Strategi alokasi dana untuk pengembangan fasilitas.
  • Model bisnis desa wisata yang berkelanjutan.
  • Transparansi keuangan agar meningkatkan kepercayaan wisatawan dan mitra.


Kelebihan Mengikuti Konsultasi Online di Desa Wisata Tinalah

Ada banyak alasan mengapa pengelola desa wisata harus memilih layanan ini:


Berbasis Pengalaman Nyata

Dewi Tinalah bukan hanya teori, melainkan sudah terbukti sukses dalam mengelola destinasi wisata berbasis masyarakat.


Fleksibel dan Efisien

Konsultasi dilakukan secara online sehingga bisa diakses dari mana saja tanpa harus datang ke Yogyakarta.


Pendampingan Berkelanjutan

Tidak hanya sekali pertemuan, tetapi bisa dilakukan secara periodik sesuai kebutuhan desa.


Materi yang Terintegrasi

Mencakup semua aspek: potensi, produk, pemasaran, hingga keuangan.


Kolaborasi dan Jejaring

Melalui layanan ini, desa peserta bisa terhubung dengan jejaring pariwisata yang lebih luas.



Mengapa Harus Memilih Dewi Tinalah sebagai Konsultan Desa Wisata?

Ada banyak konsultan di luar sana, namun Desa Wisata Tinalah memiliki keunggulan tersendiri:

  • Pengalaman Lapangan: Aktif mengelola wisata berbasis alam, budaya, dan edukasi sejak lama.
  • Data dan Jejak Prestasi: Tinalah memiliki dokumentasi lengkap, data wisatawan, serta partisipasi dalam berbagai program nasional.
  • Pendekatan Partisipatif: Mengutamakan keterlibatan masyarakat dalam setiap strategi pengembangan.
  • Komitmen pada Keberlanjutan: Mengusung prinsip pariwisata berkelanjutan yang sejalan dengan SDGs.


Dengan latar belakang tersebut, wajar jika Dewi Tinalah dipercaya sebagai narasumber desa wisata dan konsultan desa wisata di berbagai forum nasional.


Data dan Fakta Desa Wisata Tinalah sebagai Referensi

  • Pertumbuhan kunjungan wisatawan mencapai ribu per tahun.
  • Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat desa melalui homestay, UMKM, dan paket wisata.
  • Aktif mengikuti program pemerintah maupun swasta dalam berbagai perlombaan.
  • Menjadi contoh desa wisata edukasi dan budaya di Yogyakarta.


Data ini membuktikan bahwa Desa Wisata Tinalah memiliki rekam jejak nyata dalam mengelola destinasi wisata sehingga bisa menjadi rujukan terbaik untuk konsultasi pengembangan desa wisata.


Bagaimana Cara Mengikuti Layanan Konsultasi Online Ini?

Layanan ini terbuka untuk:

  • Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
  • Pemerintah desa yang ingin mengembangkan pariwisata.
  • Komunitas lokal yang mengelola destinasi.
  • Akademisi atau mahasiswa yang ingin belajar praktik terbaik.


Proses konsultasi dilakukan secara online melalui Zoom, Google Meet, atau platform digital lainnya sesuai kesepakatan. Materi bisa disesuaikan dengan kebutuhan, baik dalam bentuk diskusi, presentasi, maupun coaching intensif.


Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata bersama Desa Wisata Tinalah adalah solusi inovatif untuk membantu desa wisata di seluruh Indonesia mengoptimalkan potensinya. Dengan ruang lingkup mencakup pemetaan potensi, pengembangan paket wisata, pemasaran digital, hingga pengelolaan keuangan, layanan ini akan memberikan dampak nyata bagi keberlanjutan desa wisata.


Jika Anda pengelola desa wisata, Pokdarwis, atau pihak desa yang ingin mengembangkan potensi pariwisata dengan strategi yang tepat, pilihlah Layanan Konsultasi Online Pengembangan Desa Wisata di Dewi Tinalah. Bersama kita bisa mewujudkan desa wisata yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan. WA 085729546678

Penerapan SDG 9 – Industri, Inovasi, dan Infrastruktur di Desa Wisata Tinalah

Desa Wisata Tinalah menjadi salah satu contoh nyata penerapan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dalam lingkup pariwisata berbasis masyarakat. Dengan berkembangnya desa wisata ini, masyarakat lokal tidak hanya menikmati manfaat ekonomi, tetapi juga terus belajar dan beradaptasi dengan tata kelola industri pariwisata yang berkelanjutan.

Penerapan SDG 9 – Industri, Inovasi, dan Infrastruktur di Desa Wisata Tinalah

Dalam era pembangunan berkelanjutan, desa wisata tidak hanya menjadi ruang rekreasi, tetapi juga motor penggerak ekonomi, pusat inovasi, dan laboratorium hidup untuk mengembangkan infrastruktur yang mendukung kesejahteraan masyarakat. 

Desa Wisata Tinalah, yang terletak di Kulon Progo, Yogyakarta, menjadi contoh nyata bagaimana penerapan SDG 9 – Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dapat berjalan seiring dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan. 

Melalui tata kelola industri wisata berbasis masyarakat, inovasi produk dan layanan, hingga pembangunan infrastruktur penunjang, Desa Wisata Tinalah mampu membuktikan diri sebagai destinasi wisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Apa Itu SDG 9 dan Relevansinya untuk Desa Wisata?

SDG 9 (Sustainable Development Goal 9) adalah tujuan pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Poin utama dari SDG 9 meliputi:

  • Mendorong pertumbuhan industri yang inklusif dan berkelanjutan.
  • Meningkatkan inovasi dalam berbagai sektor.
  • Memperkuat pembangunan infrastruktur yang andal, berkelanjutan, dan mendukung masyarakat.

Bagi desa wisata, penerapan SDG 9 sangat relevan. Pariwisata bukan hanya tentang menghadirkan hiburan, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi lokal, menghadirkan inovasi produk wisata, serta memastikan adanya infrastruktur dasar dan pariwisata yang mendukung kenyamanan wisatawan sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga.

1. Tata Kelola Industri Pariwisata yang Menguntungkan

Masyarakat Desa Wisata Tinalah terlibat langsung dalam pengelolaan paket wisata, homestay, hingga penyediaan kuliner khas seperti Wingko Tinalah aneka keripik Tinalah. Model tata kelola ini menciptakan peluang usaha baru yang menguntungkan, sekaligus memperkuat ekonomi desa melalui partisipasi aktif warga. Desa wisata dikelola dengan pendekatan bisnis sosial (social enterprise) sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.

2. Inovasi dalam Produk dan Layanan

Pengelola desa wisata terus melakukan inovasi produk, baik dalam pengembangan paket wisata berbasis edukasi, budaya, maupun jelajah alam. Selain itu, UMKM lokal seperti pengolahan makanan tradisional wingko Tinalah terus didorong dengan inovasi rasa, kemasan, hingga strategi pemasaran digital. Pemanfaatan teknologi digital seperti media sosial, website, hingga sistem reservasi online juga menjadi bentuk inovasi nyata dalam promosi dan pelayanan wisatawan.


Pengembangan inovasi menjadi pilar penting lain dalam penerapan SDG 9 di Desa Wisata Tinalah. Inovasi yang dilakukan mencakup:

Pengembangan Paket Wisata Edukasi

Wisatawan dapat mengikuti program seperti fun tubing, jelajah alam, outbound, live in, hingga kelas kreatif membuat topi dari daun kelapa atau piring lidi. Inovasi ini membuat wisata di Tinalah lebih dari sekadar rekreasi, tetapi juga pengalaman belajar.

Digital Marketing Desa Wisata

Dengan memanfaatkan teknologi digital, Desa Wisata Tinalah aktif memasarkan produk dan paket wisatanya melalui website, media sosial, hingga marketplace pariwisata. Inovasi digital ini memperluas jangkauan promosi dan memperkuat citra Tinalah sebagai destinasi unggulan.

Pengembangan UMKM Lokal

Produk seperti Wingko Tinalah bukan hanya menjadi oleh-oleh khas, tetapi juga bagian dari inovasi dalam diversifikasi produk wisata. Inovasi ini memperkuat nilai tambah ekonomi sekaligus menjaga warisan kuliner lokal.

Inovasi-inovasi tersebut menjadikan Desa Wisata Tinalah tidak hanya berorientasi pada wisatawan, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat dan pelestarian budaya.

3. Peningkatan Infrastruktur Dasar Desa

Hadirnya Desa Wisata Tinalah mendorong perbaikan infrastruktur desa, mulai dari akses jalan menuju lokasi, hingga perawatan jalur trekking untuk wisata alam. Selain itu, berbagai sarana umum pariwisata juga dibangun, seperti balai budaya untuk pertunjukan seni, toilet umum yang layak, gazebo sebagai area istirahat wisatawan, hingga penerapan panel surya di sekretariat Dewi Tinalah sebagai bentuk pemanfaatan energi terbarukan.

Beberapa infrastruktur yang telah dikembangkan antara lain:

  • Perbaikan Jalan Desa: Akses menuju Desa Wisata Tinalah semakin baik dengan adanya perbaikan jalan, sehingga mempermudah wisatawan untuk datang.
  • Balai Budaya: Menjadi pusat kegiatan seni, budaya, dan edukasi masyarakat sekaligus tempat untuk menyambut wisatawan.
  • Sarana Umum Wisata: Penyediaan toilet, gazebo, dan fasilitas publik lainnya demi kenyamanan wisatawan.
  • Pemanfaatan Energi Terbarukan: Sekretariat Desa Wisata Tinalah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi ramah lingkungan, menunjukkan komitmen terhadap pariwisata berkelanjutan.

4. Dampak Positif Bagi Masyarakat dan Lingkungan

Dengan adanya penerapan SDG 9, masyarakat Desa Wisata Tinalah kini memiliki akses lebih baik terhadap peluang ekonomi, infrastruktur publik yang mendukung kenyamanan wisatawan, serta kemampuan berinovasi dalam industri pariwisata. Hal ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata desa secara berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan.


Penerapan SDG 9 – Industri, Inovasi, dan Infrastruktur di Desa Wisata Tinalah menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mampu menjadi motor penggerak ekonomi desa. Melalui tata kelola industri yang inklusif, inovasi produk dan layanan wisata, serta pembangunan infrastruktur yang mendukung, Desa Wisata Tinalah tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pusat pembelajaran pembangunan berkelanjutan di Yogyakarta.

Jika Anda adalah akademisi, komunitas, instansi, maupun wisatawan yang ingin belajar lebih jauh tentang penerapan SDG 9 Desa Wisata Tinalah, atau ingin berkolaborasi dalam pengembangan industri inovasi infrastruktur desa wisata, mari kunjungi dan rasakan langsung pengalaman di Desa Wisata Tinalah.

Jadilah Wisatawan yang Melakukan Perjalanan secara Bertanggung Jawab

Orang bepergian karena berbagai alasan. Bisa untuk perjalanan bisnis, untuk keperluan kerja atau bisnis, terutama untuk menghadiri Rapat, Konferensi, Pameran dan Pekan Raya, atau Acara Perusahaan. Bisa juga untuk perjalanan rekreasi, untuk liburan, berpetualang, mendaki, merasakan budaya yang berbeda, dan sebagainya.




Dalam semua kasus, perjalanan berada dalam ranah industri pariwisata, organisasi komersial dan operasi perjalanan serta kunjungan ke tempat-tempat menarik.


Sebagai sebuah industri, pariwisata memiliki banyak sisi positif: menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesadaran akan satwa liar dan warisan budaya, dan masih banyak lagi. Tentu saja, ada juga dampak negatif terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan lokal yang semakin terasa akhir-akhir ini. Menurut Laporan Perjalanan Berkelanjutan 2021 dari Booking.com , 81% wisatawan mengatakan mereka ingin menginap di akomodasi berkelanjutan di tahun mendatang – peningkatan yang signifikan dari 62% pada tahun 2016 dan 74% pada tahun 2020, tepat sebelum pandemi (jika Anda membaca halaman ini, Anda mungkin termasuk dalam kelompok tersebut!)


Wisatawan mungkin ingin bepergian dengan lebih bertanggung jawab karena berbagai alasan. Sebagai pengunjung, kita memiliki tanggung jawab untuk bertindak secara bertanggung jawab dalam melindungi dan menghormati adat istiadat setempat, serta memilih layanan yang memaksimalkan dampak positif pariwisata. Cara bepergian seperti ini juga akan memungkinkan kita untuk terus bepergian bagi generasi mendatang.


Mendefinisikan Perjalanan yang Bertanggung Jawab

Mari kita kembali dan mendefinisikan istilah Perjalanan Bertanggung Jawab. Perjalanan Bertanggung Jawab adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada perilaku wisatawan yang ingin membuat pilihan dalam perjalanan mereka sesuai dengan praktik pariwisata berkelanjutan.


Pariwisata Berkelanjutan mengacu pada praktik berkelanjutan di dalam dan oleh industri pariwisata. Artinya, istilah ini ditujukan untuk bisnis (dan pemerintah) yang menyediakan layanan bagi Anda, sebagai wisatawan.


Jika Anda tertarik mempelajari lebih lanjut tentang istilah perjalanan, baca di sini: Apa itu Pariwisata Berkelanjutan? atau Perbedaan Antara Ekowisata dan Pariwisata Berkelanjutan .


Bagaimana cara bepergian dengan lebih bertanggung jawab?

Semakin banyak sumber daya yang tersedia bagi wisatawan, seperti Anda, tentang cara terlibat dalam pariwisata yang bertanggung jawab. Panduan pariwisata yang bertanggung jawab mungkin tampak rumit pada awalnya, tetapi jika Anda menguraikannya satu per satu, bepergian secara bertanggung jawab sebenarnya bisa lebih damai dan menyenangkan. Terkadang Anda juga bisa menghemat uang!


Untuk bepergian dengan lebih bertanggung jawab, Dewan Pariwisata Berkelanjutan Global (GSTC) mendorong wisatawan bisnis dan rekreasi untuk memilih akomodasi dan penyedia perjalanan berkelanjutan. Untuk memastikan bahwa bisnis ini benar-benar berkelanjutan, menginaplah di akomodasi dan gunakan layanan operator tur yang bersertifikat berkelanjutan. Sertifikasi keberlanjutan memverifikasi klaim bisnis yang memang berkelanjutan.


Wisatawan dapat memengaruhi perubahan dengan meminta hotel dan penyedia perjalanan lainnya untuk mendapatkan sertifikasi sebagai cara paling efektif untuk memberikan bukti kuat bahwa operasi mereka berkelanjutan.


Bagaimana cara mengidentifikasi perusahaan perjalanan berkelanjutan?

Perusahaan tur berkelanjutan bersertifikat dan hotel berkelanjutan bersertifikat dengan bangga memajang informasi mengenai sertifikat mereka dan lembaga sertifikasi yang menerbitkannya.


Namun, ada banyak label dan sertifikasi di luar sana, yang mungkin membingungkan: mana yang benar? Bagaimana saya tahu itu bukan sekadar greenwashing?


Sertifikasi keberlanjutan (yang oleh sebagian orang disebut ekolabel) adalah penilaian sukarela oleh pihak ketiga melalui audit terhadap akomodasi dan operator tur untuk kesesuaian dengan standar pariwisata berkelanjutan. Dewan Pariwisata Berkelanjutan Global (GSTC) mengakui standar keberlanjutan tertentu setara dengan Standar GSTC (sebelumnya dikenal sebagai Kriteria GSTC). Perlu dicatat bahwa 'pengakuan standar' ini bukanlah verifikasi atau validasi kualitas proses sertifikasi. GSTC tidak melakukan sertifikasi. Sertifikasi dilakukan oleh Badan Sertifikasi terkait di seluruh dunia. GSTC mengakreditasi mereka yang melakukan sertifikasi.


Akreditasi adalah tanda mutu yang diberikan GSTC kepada Lembaga Sertifikasi yang memilih proses independen dan netral kami untuk memverifikasi bahwa mereka mensertifikasi bisnis secara kompeten dan netral. Beberapa pihak menyebutnya sebagai 'sertifikasi bagi para pemberi sertifikasi'.


Tip Sebelum Pergi Berwisata

Cari tahu sebanyak mungkin. Pelajari apakah hotel atau operator tur Anda telah tersertifikasi berkelanjutan. Semakin banyak Anda mengenal destinasi Anda sebelum tiba, semakin hidup destinasi tersebut. Pelajari sejarah, budaya, lingkungan alam, adat istiadat, legenda, pemberitahuan peringatan, dan banyak lagi tentang destinasi tersebut.


Pelajari beberapa kata dalam bahasa lokal. Berusaha berbicara dalam bahasa lokal memungkinkan Anda berinteraksi dengan orang-orang yang paling mengenal situs tersebut. Orang-orang menghargai usaha dan minat Anda dalam belajar. Kata-kata sederhana seperti "Halo", "Tolong", dan "Terima kasih" bisa sangat bermanfaat.


Bawalah barang bawaan yang ringan. Mengemas semua barang yang Anda butuhkan memang menggoda, tetapi ingatlah untuk bijak dalam menentukan kebutuhan. Jika bepergian ke negara berkembang, layanan laundry lokal terjangkau dan merupakan sumber pendapatan yang berharga bagi penyedia layanan lokal.


Pilihan akomodasi. Carilah hotel yang memiliki kebijakan tertulis yang mencakup dampak lingkungan, ketenagakerjaan, dan kebijakan budaya. Bukti terbaik bahwa sebuah hotel mengikuti beragam praktik berkelanjutan adalah jika mereka tersertifikasi berkelanjutan oleh Badan Sertifikasi yang terakreditasi GSTC.


Jelajahi pilihan transportasi. Ingatlah bahwa bepergian memengaruhi lingkungan. Sebisa mungkin, usahakan meminimalkan polusi dan dampak Anda terhadap lingkungan dengan memilih transportasi yang padat penumpang dan mengimbangi emisi karbon Anda.


Tip Saat Pergi Berwisata

Libatkan diri dalam budaya lokal. Pepatah, "Saat di Roma, berbuatlah seperti orang Romawi" masih berlaku hingga saat ini. Perjalanan Anda memberikan kesempatan unik untuk menjelajahi budaya baru dan melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Ingatlah bahwa menyantap makanan lokal, berbelanja di pasar lokal, dan menghadiri festival lokal merupakan bagian dari pengalaman budaya.


Beli produk dan layanan lokal. Memilih untuk mendukung bisnis lokal, operator tur komunitas, dan pengrajin berarti Anda akan mendapatkan pengalaman yang unik dan uang Anda akan langsung disalurkan ke masyarakat. Sebelum membeli barang, tanyakan asal-usulnya. Hindari membeli produk yang terbuat dari sumber daya alam yang terancam punah dan laporkan perburuan liar dan kegiatan ilegal lainnya kepada pihak berwenang setempat.


Hindari tawar-menawar yang agresif. Seringkali sulit untuk mengetahui batasan Anda dalam menawar, jadi jika Anda tidak yakin, mintalah saran dari hotel setempat. Ingatlah bahwa pembelian yang Anda lakukan secara langsung memengaruhi mata pencaharian penjual, jadi putuskan apakah Anda benar-benar perlu menyimpan uang ekstra tersebut atau justru dapat berdampak lebih besar pada penjual.


Sewalah pemandu lokal. Perkaya pengalaman Anda dengan memilih pemandu lokal yang berpengetahuan luas tentang destinasi wisata. Mintalah rekomendasi yang baik dari operator tur dan hotel lokal.


Berhati-hatilah. Destinasi wisata menjadi istimewa karena keindahan alam dan budayanya. Lakukan bagian Anda untuk menjaganya tetap demikian dengan mengikuti jalur yang telah ditentukan, menghormati petugas yang menjaga, dan tidak mengambil harta karun arkeologi atau biologis dari situs.


Hormati lingkungan alam. Kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang. Meskipun Anda hanya berkunjung dan tidak membayar tagihan listrik, membuang sampah dengan benar dan meminimalkan konsumsi air dan energi akan bermanfaat bagi destinasi secara keseluruhan. Mengurangi konsumsi produk daging dengan emisi karbon tinggi, yaitu daging domba dan sapi.


Tips Setelah Pergi Wisata

Bagikan tips perjalanan bertanggung jawab Anda. Selain menceritakan kenangan indah yang Anda buat kepada keluarga dan teman, pertimbangkan juga untuk berbagi tips tentang bagaimana mereka juga dapat memberikan dampak positif bagi dunia sambil menjalani perjalanan yang menakjubkan. Bagikan foto Anda. Gambar bisa bercerita seribu kata.


Jelajahi lebih lanjut. Bepergian hanyalah awal dari pembelajaran. Sekembalinya ke rumah, teruslah menjelajah dan terlibatlah dengan isu-isu atau wilayah yang menarik perhatian Anda. Kembangkan pengetahuan Anda dan pelajari juga tentang tempat-tempat menarik lainnya.


Berwisata dengan Konsep Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata Berkelanjutan mengacu pada praktik berkelanjutan di dalam dan oleh industri pariwisata. Ini merupakan aspirasi untuk mengakui semua dampak pariwisata, baik positif maupun negatif. Tujuannya adalah meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.


  • Dampak negatif terhadap suatu destinasi meliputi kebocoran ekonomi, kerusakan lingkungan alam, dan kepadatan penduduk, dan masih banyak lagi.
  • Dampak positif terhadap suatu destinasi meliputi penciptaan lapangan kerja, pelestarian dan interpretasi warisan budaya, pelestarian satwa liar, pemulihan lanskap, dan masih banyak lagi.


Pariwisata berkelanjutan didefinisikan oleh Program Lingkungan Hidup PBB dan Organisasi Pariwisata Dunia PBB sebagai “pariwisata yang memperhitungkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, dengan memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat tuan rumah.”


Selain itu, mereka mengatakan bahwa pariwisata berkelanjutan “mengacu pada aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya dari pengembangan pariwisata, dan keseimbangan yang tepat harus dibangun antara ketiga dimensi ini untuk menjamin keberlanjutan jangka panjangnya” ( UNEP & UNWTO , 2005: 11-12. Membuat Pariwisata Lebih Berkelanjutan – Panduan bagi Pembuat Kebijakan ).


Pariwisata berkelanjutan mencakup praktik-praktik yang mendorong keberlanjutan dalam sektor pariwisata, yang bertujuan agar semua bentuk pariwisata beroperasi secara berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai "pariwisata yang sepenuhnya mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan di masa mendatang, dengan tetap memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat tuan rumah." Menurut UNEP & UNWTO (Membuat Pariwisata Lebih Berkelanjutan – Panduan bagi Pembuat Kebijakan; 2005: 11-12), prinsip-prinsip keberlanjutan mencakup keseimbangan antara aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya dalam pembangunan pariwisata untuk memastikan kelangsungan jangka panjang.


Kriteria GSTC merupakan standar global untuk keberlanjutan dalam perjalanan dan pariwisata, menyediakan kerangka kerja yang koheren untuk implementasinya. Kriteria ini digunakan untuk pendidikan, pembuatan kebijakan bagi bisnis dan lembaga pemerintah, pengukuran dan evaluasi, serta sebagai dasar sertifikasi. Kriteria ini merupakan upaya kolektif untuk menciptakan pemahaman bersama tentang keberlanjutan dalam pariwisata, yang dijabarkan ke dalam empat pilar utama: (1) Manajemen Berkelanjutan; (2) Dampak Sosial Ekonomi; (3) Dampak Budaya; (4) Dampak Lingkungan (termasuk konsumsi sumber daya, pengurangan polusi, dan konservasi keanekaragaman hayati).


Ekowisata Menjadi Pariwisata Berkelanjutan

Ekowisata adalah segmen khusus pariwisata di kawasan alami. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an.


Fennell menggambarkannya sebagai berikut: "Ekowisata adalah bentuk pariwisata berkelanjutan berbasis sumber daya alam yang berfokus terutama pada pengalaman dan pembelajaran tentang alam, dan dikelola secara etis agar berdampak rendah, non-konsumtif, dan berorientasi lokal. Ekowisata biasanya terjadi di kawasan alami, dan seharusnya berkontribusi pada konservasi atau pelestarian kawasan tersebut" (Fennell, 1999: 43. Ekowisata: Sebuah Pengantar ).


Perjanjian Mohonk (2000) , sebuah proposal sertifikasi internasional untuk Pariwisata Berkelanjutan dan Ekowisata, memandang ekowisata sebagai “pariwisata berkelanjutan dengan fokus pada kawasan alami, yang memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat yang dikunjungi, serta menumbuhkan pemahaman, apresiasi, dan kesadaran lingkungan dan budaya.”


Definisi ekowisata menurut Jaringan Ekowisata Global (GEN) : “Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami yang melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan penduduk lokal, dan menciptakan pengetahuan dan pemahaman melalui interpretasi dan pendidikan semua yang terlibat (pengunjung, staf, dan yang dikunjungi).”