Desa Wisata Tinalah -->
Paket Wisata Jogja Dewi Tinalah

Definisi dan Konsep Potensi Wisata Serta Contoh Jenisnya

Definisi dan Konsep Potensi Wisata Serta Contoh Jenisnya
Potensi Alam di Desa Wisata Tinalah untuk kegiatan Hiking

Membicarakan pariwisata, erat sekali dengan penyebutan potensi wisata. Hal ini tentu menjadi pertanyaan mendasar, apa definisi dan konsep potensi wisata serta contoh jenisnya?  Di artikel ini akan dibahas mengenai pemahaman tentang definis dan konsep dari potensi wisata tersebut dan juga apa saja jenis-jenis potensi wisata.


Pengertian atau Definisi dan Konsep Potensi Wisata

Potensi wisata merujuk pada semua aspek dan elemen yang dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. Potensi ini mencakup keunikan, keindahan, dan nilai yang dimiliki oleh sebuah lokasi yang dapat memberikan pengalaman berharga dan berbeda bagi pengunjung. 


Baca Juga: Pariwisata adalah: Pengertian, Karakteristik, Manfaat, dan Promosi

Potensi wisata bisa berasal dari berbagai faktor seperti alam, budaya, sejarah, hingga fasilitas buatan yang sengaja dibuat untuk menarik wisatawan.


Jenis Potensi Wisata

Dalam mengidentifikasi potensi wisata, kita dapat mengelompokkannya ke dalam beberapa kategori utama berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut:


Potensi Alam (Natural Attractions)

Pegunungan: Contoh dari potensi wisata alam ini adalah pemandangan gunung yang indah, jalur pendakian, dan aktivitas outdoor seperti hiking dan camping. Pegunungan menawarkan suasana sejuk dan panorama yang memikat, yang bisa menjadi daya tarik besar bagi wisatawan yang mencari pengalaman alam.


Pantai: Pantai menawarkan berbagai aktivitas seperti berenang, snorkeling, diving, dan berjemur. Keindahan alam bawah laut dan keunikan pasir serta ombaknya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan.


Hutan: Hutan tropis, hutan lindung, dan taman nasional merupakan potensi wisata yang menawarkan keindahan alam, keanekaragaman hayati, dan aktivitas seperti trekking, bird watching, dan edukasi lingkungan.


Potensi Budaya (Cultural Attractions)

Tari Tradisional: Tari tradisional merupakan salah satu bentuk ekspresi budaya yang unik dan menarik. Wisatawan bisa menyaksikan pertunjukan tari dan bahkan belajar tarian tersebut.


Festival: Festival budaya lokal, seperti festival musik, festival makanan, dan perayaan tradisional, menarik wisatawan dengan keunikan dan kekayaan tradisi lokal.


Kesenian dan Kerajinan: Pembuatan kerajinan tangan, batik, anyaman, dan seni rupa lokal yang bisa dipelajari dan dibeli oleh wisatawan sebagai oleh-oleh khas.


Potensi Sejarah (Historical Attractions)

Situs Bersejarah: Situs bersejarah seperti candi, kastil, benteng, dan monumen memberikan wawasan tentang masa lalu suatu daerah. Wisatawan yang tertarik dengan sejarah akan menemukan tempat-tempat ini menarik untuk dijelajahi.


Museum: Museum menyimpan berbagai koleksi artefak, seni, dan informasi tentang sejarah dan budaya suatu daerah. Ini merupakan tempat edukatif yang sangat menarik bagi wisatawan.


Potensi Buatan (Man-Made Attractions)

Taman Hiburan: Taman hiburan dengan berbagai wahana dan atraksi menawarkan hiburan bagi keluarga dan wisatawan dari segala usia.


Fasilitas Olahraga: Arena olahraga, lapangan golf, pusat kebugaran, dan tempat-tempat untuk olahraga air menawarkan aktivitas rekreasi yang dapat menarik wisatawan yang gemar berolahraga.


Dengan memahami dan mengidentifikasi berbagai potensi wisata ini, kita dapat merencanakan dan mengembangkan strategi untuk mengoptimalkan daya tarik setiap kategori, serta mengintegrasikan berbagai elemen tersebut untuk menciptakan pengalaman wisata yang holistik dan memikat bagi para pengunjung. 


Identifikasi potensi wisata ini juga membantu dalam menyusun paket wisata yang beragam dan menarik, serta mengelola sumber daya wisata secara berkelanjutan. Ingin belajar pengembangan pariwisata berbasis alam dan masyarakat? Anda dapat berkunjung ke Desa Wisata Tinalah secara langsung atau dapat mengikuti kelas online pariwisata desa wisata.

Pengertian FGD (Focus Group Discussion) beserta Contoh dan Manfaatnya untuk Desa Wisata

Di sektor pariwisata terlebih di desa wisata tidak terlepas dari adanya Focus Group Discussion. Lalu apa itu Focus Group Discussion serta contoh dan manfaatnya di desa wisata? Pengertian Focus Group Discussion (FGD) adalah metode pengumpulan data kualitatif yang melibatkan diskusi kelompok kecil peserta yang dipandu oleh moderator. 


pengertian-fgd-focus-group-discussion-beserta-contoh-dan-manfaatnya-untuk-desa-wisata

Diskusi ini difokuskan pada topik atau isu tertentu yang ingin diteliti atau dievaluasi. Peserta FGD dipilih secara representatif dari kelompok sasaran yang relevan, dan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang persepsi, pandangan, dan pengalaman peserta terkait dengan topik yang dibahas.


Tujuan diadakannya Focus Group Discussion

Di desa wisata, FGD memiliki banyak tujuan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:


Mendapatkan Wawasan Mendalam

FGD bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pandangan, sikap, dan pengalaman peserta terkait dengan topik tertentu. Dalam konteks desa wisata, FGD dapat membantu pengelola untuk memahami preferensi dan harapan wisatawan serta masukan dari masyarakat lokal terkait pengembangan dan pengelolaan desa wisata.


Mengidentifikasi Masalah dan Solusi

FGD dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau tantangan yang dihadapi oleh desa wisata dan mencari solusi bersama dengan partisipasi aktif peserta. Diskusi ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk berbagi pandangan mereka dan merumuskan strategi yang lebih efektif.


Mendukung Pengambilan Keputusan

Hasil dari FGD dapat menjadi dasar bagi pengambil keputusan dalam merencanakan dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam pengembangan desa wisata. Diskusi yang terarah dan mendalam memungkinkan para pengelola desa wisata untuk membuat keputusan yang lebih informasional dan berbasis bukti.


Mendorong Partisipasi dan Keterlibatan

FGD juga dapat menjadi sarana untuk mendorong partisipasi dan keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam proses pengembangan desa wisata. Dengan melibatkan mereka dalam diskusi dan pengambilan keputusan, akan tercipta rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap kesuksesan desa wisata.


Proses Pelaksanaan FGD

Terdapat proses pelaksanaan FGD yang dilakukan di desa wisata, proses tersebut meliputi:

  • Perencanaan, yaitu tahap awal dalam pelaksanaan FGD adalah perencanaan. Ini melibatkan penentuan tujuan, pemilihan peserta yang representatif, penyusunan panduan diskusi, dan penjadwalan waktu dan tempat yang sesuai.
  • Pelaksanaan pada saat pelaksanaan FGD, moderator memandu diskusi sesuai dengan panduan yang telah disiapkan. Peserta diajak untuk berbagi pandangan, pengalaman, dan pendapat mereka terkait dengan topik yang dibahas. Diskusi berlangsung secara terstruktur dan terarah, dengan moderator memastikan bahwa semua aspek yang relevan dibahas.
  • Analisis Data, yaitu setelah FGD selesai, data yang diperoleh dari diskusi direkam dan dianalisis. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi pola, tema, atau temuan yang muncul dari diskusi. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi yang dapat digunakan dalam pengembangan desa wisata.
  • Pelaporan dan Implementasi, berdasarkan hasil dari FGD kemudian disusun dalam bentuk laporan atau ringkasan yang dapat digunakan oleh pengelola desa wisata. Rekomendasi yang dihasilkan dapat diimplementasikan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan selanjutnya terkait dengan pengembangan desa wisata.


Dengan melaksanakan FGD secara tepat, pengelola desa wisata dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan, preferensi, dan harapan dari masyarakat lokal dan wisatawan, serta mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat meningkatkan pengalaman wisata dan keberlanjutan desa wisata.


Contoh-contoh FGD di Desa Wisata

Banyak sekali contoh-contoh Focus Group Discussion yang dilakukan di Desa Wisata Tinalah, terdapat beberapa contoh sebagai berikut:


1. FGD untuk Mengevaluasi Pengalaman Wisatawan

Dalam FGD ini, peserta yang terdiri dari wisatawan yang telah mengunjungi desa wisata akan diminta untuk berbagi pengalaman mereka selama berkunjung. Moderator akan mengajukan pertanyaan terkait kesan, kepuasan, dan harapan mereka terhadap pengalaman wisata di desa tersebut. Contoh pertanyaan yang mungkin diajukan adalah tentang atraksi yang paling disukai, kualitas layanan, infrastruktur yang tersedia, dan saran untuk perbaikan. Hasil dari FGD ini akan memberikan wawasan berharga tentang apa yang perlu ditingkatkan atau disempurnakan dalam pengelolaan dan pengembangan desa wisata.


2. FGD untuk Merumuskan Pengembangan Produk Wisata

Dalam FGD ini, peserta yang terdiri dari masyarakat lokal, pemangku kepentingan terkait, dan pakar pariwisata akan berkumpul untuk mendiskusikan ide dan gagasan baru terkait pengembangan produk wisata di desa. Diskusi akan berfokus pada identifikasi potensi dan keunikan desa, serta pengembangan produk wisata yang dapat menarik wisatawan. Contoh pertanyaan yang diajukan mungkin termasuk tentang potensi budaya, alam, dan sejarah desa, serta jenis aktivitas atau pengalaman wisata yang dapat ditawarkan kepada pengunjung.


3. FGD untuk Merencanakan Strategi Pemasaran

Dalam FGD ini, peserta yang terdiri dari tim pemasaran desa wisata, ahli pemasaran, dan perwakilan dari industri pariwisata akan berkumpul untuk merumuskan strategi pemasaran yang efektif. Diskusi akan mencakup identifikasi target pasar, saluran distribusi, pesan pemasaran, dan kegiatan promosi yang dapat dilakukan. Contoh pertanyaan yang diajukan mungkin termasuk tentang preferensi dan perilaku konsumen, trend pemasaran terkini, dan strategi komunikasi yang efektif.


4. FGD untuk Mengidentifikasi Masalah dan Solusi dalam Pengelolaan Desa Wisata

Dalam FGD ini, peserta yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan seperti masyarakat lokal, pengelola desa wisata, dan perwakilan pemerintah akan berkumpul untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pengelolaan desa wisata dan merumuskan solusi yang tepat. Diskusi akan mencakup berbagai aspek seperti infrastruktur, pengelolaan lingkungan, kualitas layanan, dan partisipasi masyarakat. Contoh pertanyaan yang diajukan mungkin termasuk tentang hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata, peluang untuk peningkatan, dan langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk memperbaiki situasi.


Dengan melaksanakan FGD untuk berbagai tujuan seperti evaluasi pengalaman wisatawan, pengembangan produk wisata, strategi pemasaran, dan identifikasi masalah serta solusi, desa wisata dapat memperoleh masukan yang berharga untuk meningkatkan pengalaman wisata, mengembangkan produk yang menarik, dan meningkatkan keberlanjutan pengelolaan desa wisata secara keseluruhan.


Manfaat FGD bagi Pengembangan Desa Wisata

1. Memperoleh Wawasan dan Perspektif yang Lebih Luas

FGD memberikan kesempatan bagi berbagai pihak terkait, termasuk masyarakat lokal, pengelola desa wisata, dan pakar pariwisata, untuk berbagi pandangan, pengalaman, dan ide-ide mereka. Hal ini memungkinkan pengembang desa wisata memperoleh wawasan yang lebih luas tentang potensi, tantangan, dan peluang yang ada.


2. Mendorong Partisipasi Aktif Masyarakat Lokal

Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam FGD, mereka merasa lebih terlibat dan memiliki peran dalam pengembangan desa wisata. Hal ini dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberhasilan proyek, serta memperkuat dukungan mereka terhadap inisiatif pengembangan desa wisata.


3. Mengidentifikasi Kebutuhan dan Preferensi Wisatawan

FGD membantu dalam mengumpulkan informasi tentang kebutuhan, keinginan, dan preferensi wisatawan. Dengan demikian, pengelola desa wisata dapat merumuskan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan ekspektasi target pasar, meningkatkan daya tarik destinasi wisata, dan memenuhi harapan pengunjung.


4. Mendukung Pengambilan Keputusan yang Lebih Tepat dan Akurat

Hasil dari FGD memberikan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai isu terkait pengembangan desa wisata, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan akurat. Ini membantu dalam perencanaan strategis, alokasi sumber daya, dan implementasi program yang efektif.


5. Meningkatkan Kualitas Produk dan Layanan Wisata

Dengan memahami kebutuhan dan harapan wisatawan melalui FGD, pengelola desa wisata dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan yang mereka tawarkan. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan pengunjung, memperkuat citra destinasi, dan meningkatkan daya saing desa wisata di pasar pariwisata.


6. Memperkuat Keterlibatan Stakeholder dalam Pengelolaan Desa Wisata

FGD membuka ruang untuk berbagai pihak terlibat dalam diskusi terbuka dan kolaboratif tentang pengembangan desa wisata. Ini membantu membangun hubungan yang kuat antara berbagai stakeholder, termasuk masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan sektor pariwisata, serta memperkuat keterlibatan mereka dalam pengelolaan desa wisata secara keseluruhan.


Melalui FGD, pengembangan desa wisata dapat didukung dengan informasi yang lebih lengkap, partisipasi yang lebih luas, dan pengambilan keputusan yang lebih tepat, sehingga mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan desa wisata secara keseluruhan.


Langkah-langkah untuk Mengadakan FGD Digital Marketing di Desa Wisata

Dengan pengembangan digital marketing di Desa Wisata Tinalah (Dewi Tinalah) tentu telah menjadi hal yang penting, kemajuan digital marketing di Dewi Tinalah tidak terlepas dari kegiatan FGD, hal-halyang dilakukan dikegiatan FGD digital marketing Dewi Tinalah seperti berikut:


Menentukan Tujuan dan Cakupan Diskusi

Pertama-tama, tentukan dengan jelas tujuan dari FGD Digital Marketing yang akan diadakan di desa wisata. Apakah tujuannya untuk mengevaluasi strategi pemasaran digital yang sudah ada, mengidentifikasi peluang baru, atau merumuskan rencana digital marketing yang lebih efektif? Pastikan juga untuk menetapkan cakupan topik diskusi yang akan dibahas.


Memilih Partisipan yang Representatif

Pilihlah partisipan yang representatif dari berbagai kelompok terkait, seperti pengelola desa wisata, pelaku usaha lokal, perwakilan komunitas, pakar digital marketing, dan masyarakat umum. Partisipan yang beragam akan membantu memperoleh sudut pandang yang komprehensif dan mendalam.


Menyusun Panduan atau Daftar Pertanyaan

Persiapkan panduan diskusi atau daftar pertanyaan yang terstruktur dan sesuai dengan tujuan FGD. Pertanyaan dapat mencakup evaluasi terhadap strategi pemasaran digital yang sudah ada, analisis tren pasar, identifikasi kebutuhan dan keinginan target pasar, serta ide-ide untuk meningkatkan kehadiran digital desa wisata.


Menyusun Agenda dan Jadwal FGD

Buatlah agenda yang terinci dan jadwal yang jelas untuk FGD Digital Marketing. Tentukan durasi masing-masing sesi diskusi, termasuk waktu untuk presentasi, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Pastikan untuk mengatur waktu yang cukup untuk setiap topik yang akan dibahas.


Mengadakan Sesi Diskusi dan Dokumentasi Hasil

Selanjutnya, laksanakan sesi diskusi sesuai dengan agenda yang telah disusun. Pastikan untuk memoderasi diskusi dengan baik agar semua partisipan dapat berkontribusi secara aktif. Selain itu, lakukan dokumentasi terhadap hasil diskusi, termasuk catatan, rekaman, atau resume yang dapat digunakan sebagai acuan untuk langkah-langkah selanjutnya.


Langkah-langkah tersebut, membuat FGD Digital Marketing di desa wisata akan dapat dijalankan secara efektif dan memberikan hasil yang berharga dalam mengembangkan strategi pemasaran digital yang lebih baik dan efisien.



Studi Kasus Keberhasilan Implementasi FGD di Desa Wisata Tinalah

Studi Kasus Keberhasilan Implementasi FGD di Desa Wisata Tinalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan tentang Desa Wisata

Desa Wisata Tinalah, yang terletak di daerah pedesaan yang indah, memutuskan untuk melaksanakan FGD untuk mengembangkan strategi pemasaran digital dan produk wisata. FGD ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengelola desa wisata, pelaku usaha lokal, akademisi, dan pakar digital marketing. Tujuan utama dari FGD ini adalah meningkatkan daya saing desa wisata di era digital dan memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.


2. Proses Pelaksanaan FGD dan Hasil yang Diperoleh

Proses pelaksanaan FGD dimulai dengan menentukan tujuan yang jelas, menyusun panduan diskusi, dan memilih partisipan yang representatif. Selama sesi diskusi, berbagai topik dibahas, termasuk evaluasi terhadap strategi pemasaran digital yang sudah ada, identifikasi peluang baru, dan merumuskan rencana tindak lanjut. Hasil yang diperoleh dari FGD mencakup pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pasar, ide-ide inovatif untuk pengembangan produk, dan strategi pemasaran digital yang lebih efektif.


3. Dampak Positif yang Dirasakan oleh Desa Wisata Setelah Mengadakan FGD

Setelah mengadakan FGD, Desa Wisata Tinalah mengalami dampak positif yang signifikan. Pengembangan produk wisata yang didasarkan pada hasil FGD mendapatkan respon positif dari wisatawan, yang meningkatkan jumlah kunjungan dan pendapatan desa. Selain itu, adopsi strategi pemasaran digital yang baru juga meningkatkan visibilitas desa wisata di media sosial dan situs web, menarik minat wisatawan baru, dan memperluas jaringan kemitraan.


4. Rekomendasi untuk Desa Wisata Lain yang Ingin Melaksanakan FGD

Berdasarkan pengalaman Desa Wisata Tinalah, beberapa rekomendasi untuk desa wisata lain yang ingin melaksanakan FGD adalah:

  • Memastikan keterlibatan semua pemangku kepentingan terkait.
  • Menyusun panduan diskusi yang terstruktur dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
  • Melakukan dokumentasi yang komprehensif terhadap hasil FGD dan menyebarkannya kepada semua pemangku kepentingan.
  • Mengadopsi rencana tindak lanjut yang konkret dan memprioritaskan implementasi hasil FGD.

Dengan adanya FGD ini, Desa Wisata Tinalah telah menjadi contoh keberhasilan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan, berbasis masyarakat, dan berorientasi digital.



Dalam akhir pembahasan ini, FGD (Focus Group Discussion) memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan desa wisata. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, FGD memungkinkan pengumpulan wawasan yang berharga, perspektif yang lebih luas, dan ide-ide inovatif untuk meningkatkan pengalaman wisatawan, mengembangkan produk wisata, dan merumuskan strategi pemasaran yang lebih efektif.


Selain itu, FGD juga mendorong partisipasi aktif masyarakat lokal, memperkuat keterlibatan stakeholder, dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat dan akurat dalam pengelolaan desa wisata. Dengan demikian, bagi para pembaca yang tertarik dalam pengembangan desa wisata mereka sendiri, penting untuk mempertimbangkan pelaksanaan FGD sebagai salah satu langkah kunci dalam merancang strategi dan mengimplementasikan inisiatif pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berorientasi masyarakat.


Itu tadi pembahasan lengkap mengenai Pengertian FGD (Focus Group Discussion) beserta Contoh dan Manfaatnya untuk Desa Wisata. Bagi Anda yang ingin belajar pengembangan dan pengelolaan desa wisata dapat berkunjung ke Desa Wisata Tinalah dan memilih paket studi desa wisata. Narahubung 085729546678

11 Tahapan Merintis dan Mengembangkan Desa Wisata

Tahapan merintis dan mengembangkan desa wisata merupakan proses yang memerlukan dukungan dan keterlibatan aktif dari masyarakat lokal. Mulai dari perencanaan hingga implementasi, peran serta masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan pengembangan desa wisata.

Tahapan Merintis dan Mengembangkan Desa Wisata

Salah satu konsep yang diterapkan dalam pengembangan desa wisata adalah Community Based Tourism (CBT), yang menekankan pemberdayaan masyarakat lokal dalam seluruh proses pengembangan destinasi wisata. CBT memungkinkan masyarakat untuk berperan aktif dalam perencanaan, pengelolaan, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan terkait dengan destinasi wisata mereka.

Dalam praktiknya, CBT merupakan alat pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, dengan memperhitungkan aspek lingkungan, sosial, dan budaya. Melalui model ini, masyarakat lokal tidak hanya menjadi pelaku dalam kegiatan pariwisata, tetapi juga menjadi penerima manfaat dari pembangunan tersebut.

Dengan demikian, konsep CBT menggarisbawahi pentingnya keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata. Dengan melibatkan mereka dalam seluruh tahapan pengembangan, akan tercipta hubungan yang harmonis antara pengelola wisata dan masyarakat lokal, serta mendorong terwujudnya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi semua pihak yang terlibat.

Secara sederhana, konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada tiga prinsip utama, yaitu:

  • Layak secara ekonomi: Prinsip ini menekankan pentingnya memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi pembangunan wilayah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Pembangunan pariwisata harus mampu memberikan dampak positif dalam peningkatan pendapatan dan peluang usaha bagi masyarakat setempat.
  • Berwawasan lingkungan: Prinsip ini menekankan pentingnya proses pembangunan yang tanggap terhadap pelestarian lingkungan, baik alam maupun budaya. Upaya-upaya pembangunan pariwisata harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan, dengan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem dan budaya setempat.
  • Dapat diterima secara sosial: Prinsip ini menekankan bahwa pembangunan pariwisata harus dapat diterima secara sosial oleh masyarakat lokal. Proses pembangunan harus memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat, serta memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait pembangunan pariwisata.

Dengan menerapkan ketiga prinsip ini secara holistik, diharapkan pembangunan pariwisata dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi pembangunan wilayah, pelestarian lingkungan, serta kesejahteraan dan keselamatan sosial masyarakat lokal.

Tahapan merintis desa wisata dan mengembangkan desa wisata

1. Komitmen Bersama

Komitmen bersama adalah fondasi utama yang perlu ditanamkan dalam proses merintis dan mengembangkan desa wisata. Sebelum memulai proses pengembangan, masyarakat harus menyadari bahwa komitmen ini tidak boleh berasal dari keinginan pribadi atau kelompok tertentu, melainkan dari kesadaran bersama untuk memajukan desa secara kolektif. Hal ini berarti bahwa pengembangan desa wisata haruslah berawal dari aspirasi dan partisipasi aktif seluruh masyarakat, termasuk pemerintah desa dan komunitas lokal, untuk bekerja sama dalam mengelola serta mengembangkan potensi desa secara mandiri.

Proses membangun komitmen bersama tidaklah mudah dan membutuhkan waktu serta upaya yang konsisten. Diperlukan peran tokoh masyarakat dan pemerintah desa yang dapat menjadi local champion, yaitu sosok yang memiliki pengaruh dan kredibilitas yang tinggi di mata masyarakat. Mereka harus mampu meyakinkan serta menginspirasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengembangan desa wisata, serta menjaga integritas dan kejujuran dalam setiap langkahnya.

Pentingnya komitmen bersama ini sebagai fondasi utama dalam pengembangan desa wisata tidak dapat dipandang remeh. Dengan adanya komitmen yang kuat dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah desa, maka proses pengembangan desa wisata akan berjalan lebih lancar dan berkelanjutan. Selain itu, komitmen ini juga menjadi landasan untuk membangun kerjasama yang erat antarwarga, meningkatkan solidaritas sosial, serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk inovasi dan pembangunan berkelanjutan di desa wisata.

2. Memetakan potensi dan permasalahan wilayah melalui proses partisipasi

Memetakan potensi dan permasalahan wilayah melalui proses partisipasi adalah langkah penting dalam pengembangan desa wisata. Setiap desa memiliki potensi yang dapat dikembangkan, dan potensi terbesar adalah kreativitas manusia. Tahapan kedua dalam pengembangan desa wisata adalah mengidentifikasi potensi melalui proses rembug warga atau musyawarah, melibatkan seluruh komponen desa dari berbagai kalangan.

Proses memetakan potensi wilayah harus mencakup aspek budaya, sejarah, dan alam. Identifikasi potensi tidak hanya terbatas pada hal-hal yang dapat dilihat, namun juga mencakup aspek tradisi, legenda, kuliner khas, dan lainnya. Potensi wilayah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, seperti objek yang dapat dilihat, kegiatan yang dapat dilakukan, makanan khas, dan produk yang dapat dibeli.

Selain mengidentifikasi potensi, penting juga untuk mengidentifikasi permasalahan yang dapat menghambat pengembangan desa wisata. Proses identifikasi ini menggunakan analisis TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength) untuk menggali permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dalam pengembangan desa wisata.

Dalam merencanakan pengembangan desa wisata, penting untuk mengidentifikasi dampak kegiatan wisata, baik yang bersifat positif maupun negatif. Hal ini meliputi penumpukan sampah, gangguan lingkungan akibat bisingnya kendaraan, dan permasalahan lainnya. Identifikasi ini penting untuk memastikan bahwa pengembangan desa wisata dilakukan secara berkelanjutan dan memperhatikan keseimbangan antara manfaat dan dampak negatifnya.

3. Membentuk atau mengoptimalkan kelembagaan atau POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata)

Jika proses pemetaan sudah dilakukan, tahap ketiga adalah membentuk kelembagaan yang akan mengawal perjalanan pengembangan desa wisata. Pembentukan kelembagaan, yang dikenal dengan POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata), harus melibatkan proses rembug warga yang mempertimbangkan aspek kepemimpinan.

POKDARWIS memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, sebagai penggerak sadar wisata dan Sapta Pesona di kawasan desa wisata. Kedua, sebagai mitra pemerintah dalam upaya perwujudan dan pengembangan sadar wisata di daerahnya.

Kelembagaan yang telah terbentuk harus dimaksimalkan perannya. Pengurus yang ditunjuk harus memiliki komitmen dalam proses pengembangan desa wisata. Selain itu, lembaga tersebut harus melakukan pelaporan progres kerja, monitoring dan evaluasi, serta melaporkan keuangan secara akuntabel melalui musyawarah rutin untuk mencegah terjadinya konflik sosial antar anggota.

Dengan keberadaan kelembagaan yang kuat dan berfungsi dengan baik, pengembangan desa wisata dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, potensi desa wisata dapat dioptimalkan secara maksimal untuk memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat setempat serta meningkatkan daya tarik bagi wisatawan.

4. Menyusun Visi, Misi, Rencana Kerja, dan Regulasi Desa Wisata

Setelah melakukan analisis TOWS dan pembentukan organisasi, langkah selanjutnya adalah menyusun visi, misi, rencana kerja, dan regulasi untuk mengarahkan pengembangan desa wisata ke arah yang lebih baik. Dalam menyusun visi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Pertama, visi harus mewakili aspirasi masyarakat setempat. Visi tersebut juga harus dapat dicapai dan realistis, serta difokuskan pada jangka menengah dan panjang. Selain itu, visi haruslah didasarkan pada kekuatan desa wisata saat ini dan diinterpretasikan sebagai peluang untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.

Rencana kerja yang disusun harus didasarkan pada kesepakatan yang diperoleh dari masyarakat dan organisasi terkait, seperti POKDARWIS dan pemerintah desa. Rencana kerja harus selaras dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang mencakup aspek lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi.

Pentingnya menyusun regulasi tidak boleh diabaikan dalam pengembangan desa wisata. Regulasi ini dapat berupa AD/ART, peraturan desa, atau SOP kegiatan dari Kelompok Sadar Wisata. Penyusunan regulasi bertujuan untuk melindungi semua potensi desa, baik itu sumber daya alam, budaya, buatan, maupun manusia. Regulasi yang sudah dibentuk juga akan menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menjalankan kegiatan di desa wisata.

5. Melakukan konsultasi dan peningkatan kapasitas SDM desa wisata

Dalam mengembangkan desa wisata, banyak masyarakat yang menyadari pentingnya memiliki pengetahuan dasar dalam bidang pariwisata. Tanpa dasar ilmu yang baik, banyak fasilitas wisata yang terlanjur dibangun namun tidak berfungsi maksimal atau malah mangkrak. Bahkan, beberapa desa wisata yang sudah diresmikan juga mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, kelembagaan desa wisata harus menyusun program kerja yang fokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah melibatkan profesional atau konsultan pariwisata untuk menyusun masterplan, memberikan pelatihan, dan melakukan pendampingan. Selain itu, penting juga untuk mengidentifikasi kampus-kampus yang memiliki potensi di sekitar desa wisata agar dapat dilibatkan dalam program penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi dengan lembaga pendidikan ini dapat memberikan kontribusi besar dalam peningkatan kapasitas SDM desa wisata serta peningkatan kualitas pengelolaan dan pemasaran destinasi wisata.

Dengan adanya upaya konsultasi dan peningkatan kapasitas SDM desa wisata, diharapkan masyarakat lokal dapat lebih siap dan mampu mengelola dan mempromosikan destinasi wisata dengan lebih baik. Hal ini juga akan meningkatkan daya saing dan keberlanjutan desa wisata dalam jangka panjang.

6. Penyediaan Fasilitas Umum (akomodasi) Desa Wisata

Proses selanjutnya dalam pengembangan desa wisata adalah menyediakan fasilitas umum yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pariwisata. Sebelumnya, perlu dilakukan pemetaan dan identifikasi kebutuhan fasilitas umum dengan mempertimbangkan prioritas yang sesuai dengan kemampuan finansial desa dan masyarakat yang akan mengelolanya.

Penyediaan fasilitas umum dapat dimulai dengan menyediakan fasilitas parkir kendaraan dan toilet untuk wisatawan. Kerja sama dengan perangkat desa serta penggunaan Dana Desa dapat menjadi langkah efektif untuk mengakses dana yang dibutuhkan.

Selain itu, pengembangan desa wisata harus memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan yang berkelanjutan. Ini mencakup memperhatikan karakteristik lingkungan setempat, menekan dampak negatif pengembangan pariwisata, menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, dan memperhitungkan daya dukung lingkungan. Melibatkan masyarakat desa sebagai pelaku utama dalam kegiatan pariwisata juga penting, sehingga mereka memiliki rasa memiliki dan keberlanjutan dalam pengelolaan desa wisata.

7. Menentukan Keunikan dan Branding (identitas) Desa Wisata

Pengembangan desa wisata harus berfokus pada penentuan keunikan dan branding yang menjadi identitasnya. Terlalu banyak desa wisata yang mengalami kegagalan karena kurang memiliki nilai keunikan, akibat terlalu meniru atraksi dari desa wisata lain.

Pentingnya desa wisata memiliki Unique Selling Point (USP) atau Poin Penjualan Unik yang menjadi ciri khasnya. USP ini merupakan faktor pembeda yang membuat desa wisata menjadi lebih istimewa di mata wisatawan. Branding di sini bukan hanya sebatas logo atau tagline, tapi juga berkaitan dengan bagaimana desa wisata memenuhi janji-janji kepada pengunjungnya.

Langkah penting dalam menentukan USP di desa wisata adalah dengan melihat nilai Asli, Langka, Unik, dan Indah. Produk atau brand yang dipilih harus memiliki nilai yang berharga dan langka bagi wisatawan, serta unik sehingga tidak mudah ditiru oleh pesaing. Dengan demikian, desa wisata dapat membangun reputasi dan citra yang kuat di mata wisatawan.

8. Menyusun Paket Wisata di Desa Wisata

Sebelum memasarkan produk desa wisata, langkah penting yang harus dilakukan adalah menyusun paket wisata. Paket wisata merupakan rencana kegiatan yang telah ditetapkan dengan harga tertentu, mencakup atraksi wisata dan fasilitas penunjang seperti akomodasi.

Dalam menyusun paket desa wisata, beberapa pertimbangan penting perlu diperhatikan. Pertama, jumlah peserta yang dapat diakomodasi. Kedua, ketersediaan pemandu atau sumber daya manusia desa wisata yang dapat memberikan informasi dan panduan kepada wisatawan. Ketiga, kemampuan desa wisata dalam menampung jumlah wisatawan serta mempertimbangkan kondisi lingkungan. Keempat, durasi kegiatan yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan wisatawan. Terakhir, jarak perjalanan dari atraksi satu ke atraksi lainnya.

Selain memperhatikan pertimbangan tersebut, terdapat beberapa tips tambahan untuk pengembangan paket desa wisata yang diminati wisatawan. Pertama, sesuaikan paket wisata dengan keunikan dan daya tarik desa wisata, sehingga dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi wisatawan. Kedua, berikan variasi kegiatan yang menarik dan beragam untuk memenuhi minat wisatawan dengan berbagai preferensi. Ketiga, pastikan harga paket wisata kompetitif namun tetap memberikan nilai tambah yang menarik bagi wisatawan. Keempat, promosikan paket wisata secara efektif melalui berbagai media sosial, situs web, dan agen perjalanan untuk menjangkau target pasar yang lebih luas. Dengan demikian, desa wisata dapat menarik minat wisatawan dan meningkatkan kunjungan serta pendapatan dari sektor pariwisata.

9. Pemasaran Desa Wisata

Setelah menetapkan komponen produk dan harga, langkah berikutnya dalam pengembangan desa wisata adalah membangun saluran pemasaran. Saluran pemasaran penting untuk memastikan produk dan jasa desa wisata dapat dijangkau oleh calon wisatawan.

Ada dua cara utama dalam membentuk saluran pemasaran, yaitu langsung dan tidak langsung. Saluran pemasaran langsung melibatkan upaya mendatangkan wisatawan tanpa melalui perantara. Ini dapat dilakukan dengan mengirimkan proposal ke instansi terkait, mendistribusikan brosur paket harga desa wisata, dan metode lainnya. 

 

Sementara itu, saluran pemasaran tidak langsung melibatkan perantara untuk mendatangkan wisatawan. Ini bisa dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan agen perjalanan wisata, pemandu wisata, atau organisasi pariwisata.

Selain saluran pemasaran konvensional, penting juga untuk memanfaatkan pemasaran digital dalam promosi desa wisata. Internet dan media sosial merupakan saluran yang efektif untuk menjangkau target pasar yang lebih luas secara global. 

 

Dengan memanfaatkan platform online, desa wisata dapat mempromosikan atraksi, paket wisata, dan keunikan desa secara visual dan menarik. Ini juga memungkinkan desa wisata untuk berinteraksi langsung dengan calon wisatawan, meningkatkan kesadaran merek, dan memperluas jangkauan pasar dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode pemasaran tradisional. 

 

Dengan memanfaatkan pemasaran digital, desa wisata dapat meningkatkan daya saingnya di pasar pariwisata yang semakin kompetitif.

10. Menjalin Kemitraan

Dalam merintis dan mengembangkan desa wisata, kerjasama dengan berbagai pihak merupakan kunci keberhasilan. Ini tercermin dalam konsep pentahelix, di mana kemitraan dibangun dengan unsur pemerintah, akademisi, industri/swasta, media, dan komunitas.

Pertama, pemerintah memiliki peran penting dalam menyediakan dukungan kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan pariwisata. Dalam hal ini, kolaborasi dengan Dinas Pariwisata untuk mendapatkan Surat Keputusan (SK) tentang POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) sangatlah penting.

Kedua, kemitraan dengan akademisi dapat memberikan manfaat melalui penelitian dan pengabdian masyarakat. Dengan melibatkan institusi pendidikan, desa wisata dapat memperoleh wawasan dan saran dari para pakar dalam berbagai aspek pariwisata.

Ketiga, kerjasama dengan industri atau sektor swasta dapat membantu dalam hal penjualan, akses ke dana CSR, dan pengembangan infrastruktur pariwisata. Kolaborasi dengan perusahaan juga dapat membawa investasi dan sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan desa wisata.

Keempat, media memiliki peran penting dalam membangun citra positif dan menyebarkan informasi tentang desa wisata. Kerjasama dengan media lokal dan nasional dapat meningkatkan visibilitas desa wisata dan menarik minat wisatawan.

Kelima, kemitraan dengan komunitas lokal memungkinkan desa wisata untuk terhubung dengan penduduk setempat dan membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat sekitar. Ini dapat menciptakan rasa kepemilikan yang lebih besar dan mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan desa wisata.

Untuk mengembangkan kemitraan yang berdampak dan berkelanjutan, penting untuk memperhatikan beberapa tips. Pertama, jalinlah hubungan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan dengan pihak-pihak yang terlibat. Kedua, komunikasikan secara terbuka dan transparan mengenai tujuan, harapan, dan kebutuhan masing-masing pihak. 

 

Ketiga, tetaplah fleksibel dan terbuka terhadap ide-ide baru serta masukan dari mitra. Keempat, tetaplah memperhatikan prinsip keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan dalam semua kegiatan kemitraan. Dengan menerapkan tips ini, kemitraan desa wisata dapat menjadi lebih efektif dan memberikan dampak yang positif bagi pengembangan desa wisata.

11. Monitoring dan Evaluasi Desa Wisata

Monitoring dan evaluasi merupakan tahap terakhir namun krusial dalam mewujudkan desa wisata yang berkelanjutan. Pentingnya monitoring dan evaluasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Pemantauan Kinerja: Monitoring dan evaluasi memungkinkan pengelola desa wisata untuk melacak kinerja dan progres pembangunan desa wisata secara berkala. Dengan memantau indikator kinerja yang telah ditetapkan, pengelola dapat mengetahui apakah desa wisata telah mencapai tujuan yang ditetapkan dan mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan.
  • Penyempurnaan Strategi: Melalui evaluasi, pengelola desa wisata dapat mengevaluasi efektivitas strategi yang telah diterapkan dalam pengembangan desa wisata. Mereka dapat mengidentifikasi strategi mana yang berhasil dan mana yang perlu disesuaikan atau ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  • Pengambilan Keputusan yang Berbasis Bukti: Monitoring dan evaluasi menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang berbasis bukti. Dengan mempertimbangkan hasil evaluasi, pengelola desa wisata dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait dengan pengalokasian sumber daya dan perencanaan kegiatan di masa mendatang.
  • Transparansi dan Akuntabilitas: Proses monitoring dan evaluasi yang transparan memberikan kesempatan bagi semua pihak yang terlibat, termasuk masyarakat lokal dan pihak terkait lainnya, untuk memahami progres pembangunan desa wisata dan memberikan masukan atau umpan balik. Hal ini juga meningkatkan tingkat akuntabilitas pengelola desa wisata terhadap masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Apa yang perlu dipersiapkan oleh pengelola desa wisata untuk monitoring dan evaluasi?

Penetapan Indikator Kinerja: Pengelola desa wisata perlu menetapkan indikator kinerja yang jelas dan terukur untuk memantau progres pembangunan desa wisata. Indikator tersebut dapat mencakup jumlah kunjungan wisatawan, pendapatan pariwisata, keberlanjutan lingkungan, partisipasi masyarakat, dan lain sebagainya.

Sistem Pemantauan: Pengelola desa wisata perlu mengembangkan sistem pemantauan yang efektif untuk mengumpulkan data terkait dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Sistem ini dapat mencakup survei, wawancara, observasi lapangan, dan penggunaan data sekunder.

Analisis dan Evaluasi: Data yang terkumpul perlu dianalisis secara menyeluruh untuk mengevaluasi progres pembangunan desa wisata. Pengelola desa wisata perlu menggunakan teknik analisis yang sesuai untuk menginterpretasikan data dan mengidentifikasi tren serta pola yang relevan.

Perbaikan dan Penyesuaian: Berdasarkan hasil evaluasi, pengelola desa wisata perlu melakukan perbaikan dan penyesuaian terhadap strategi, kebijakan, dan kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengembangan desa wisata serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan memperhatikan pentingnya monitoring dan evaluasi serta mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan, pengelola desa wisata dapat menjaga keberlanjutan dan kesuksesan desa wisata dalam jangka panjang.

Ringkasan Tahap Merintis dan Mengembangkan Desa Wisata


Dengan mengikuti tahapan-tahapan ini secara terstruktur dan terorganisir, diharapkan desa wisata dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat lokal serta wisatawan yang berkunjung.

  1. Komitmen Bersama: Tahap awal dalam pengembangan desa wisata adalah membangun komitmen bersama dari masyarakat dan pemerintah desa untuk mengembangkan desa menjadi destinasi wisata yang berkembang.
  2. Memetakan Potensi dan Permasalahan: Identifikasi potensi dan permasalahan desa wisata melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat desa untuk mengidentifikasi potensi wisata dan potensi permasalahan yang dihadapi.
  3. Membentuk Kelembagaan: Pembentukan kelembagaan seperti POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) yang bertanggung jawab atas pengelolaan desa wisata dan melibatkan berbagai pihak dalam proses pengembangan.
  4. Menyusun Visi, Misi, Rencana Kerja, dan Regulasi: Penyusunan visi, misi, rencana kerja, dan regulasi untuk mengarahkan dan mengatur jalannya pengembangan desa wisata secara terorganisir dan berkelanjutan.
  5. Melakukan Konsultasi dan Peningkatan Kapasitas SDM: Melibatkan konsultan pariwisata dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia desa wisata melalui pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan desa wisata.
  6. Penyediaan Fasilitas Umum: Menyediakan fasilitas umum seperti tempat parkir, toilet, dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk mendukung pengalaman wisatawan di desa wisata.
  7. Menentukan Keunikan dan Branding Desa Wisata: Mengidentifikasi keunikan desa wisata dan menetapkan branding yang tepat untuk membedakan desa wisata dari destinasi wisata lainnya.
  8. Menyusun Paket Wisata: Menyusun paket wisata yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan serta minat wisatawan, termasuk atraksi dan akomodasi yang ditawarkan.
  9. Pemasaran Desa Wisata: Membangun saluran pemasaran baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mempromosikan desa wisata dan menjangkau target wisatawan.
  10. Menjalin Kemitraan: Berkolaborasi dengan pemerintah, akademisi, industri/swasta, media, dan komunitas untuk mendukung pengembangan desa wisata melalui sinergi dan dukungan yang saling menguntungkan.
  11. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap progres dan kinerja pengembangan desa wisata untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan program pembangunan desa wisata.
Itulah Tahapan Merintis dan Mengembangkan Desa Wisata yang dapat menjadi panduan pengelola desa wisata, pegiat maupun pendamping yang nantinya akan sukses dan optimal dalam pengembangan desa wisata.

Belajar Desa Wisata

Apakah Anda tertarik untuk belajar dari pengalaman kami merintis dan mengelola  Desa Wisata Tinalah dari tahap rintisan hingga maju? Jika ya, maka Anda berada di tempat yang tepat! Kami mengundang Anda untuk bergabung dalam perjalanan kami untuk merintis dan mengembangkan desa wisata dari tahap rintisan hingga menjadi destinasi yang berkembang.

Tertarik untuk mengembangkan desa wisata tetapi tidak tahu harus mulai dari mana? Bingung tentang strategi pengembangan produk, pemasaran, dan digitalisasi yang efektif?

Tidak perlu khawatir lagi! Kami di Desa Wisata Tinalah siap membantu Anda menemukan solusi untuk setiap tantangan yang Anda hadapi dalam mengembangkan desa wisata Anda.

Pelajari Langsung dari Ahlinya: Dapatkan wawasan dan pengetahuan yang berharga dari pengelola Desa Wisata Tinalah yang telah melalui perjalanan serupa. Kami akan membagikan rahasia sukses kami dalam merintis desa wisata dan mengelola pengembangan produk, pemasaran, digitalisasi, dan tata kelola.

Pengalaman Praktis: Tidak hanya berbicara tentang teori, kami akan membawa Anda untuk mengalami langsung bagaimana desa wisata kami dijalankan. Dapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk lokal, menjelajahi destinasi wisata, dan memahami keunikan budaya dan alam yang kami tawarkan.

Kursus dan Pelatihan yang Mendalam: Ikuti kursus dan pelatihan yang kami sediakan, yang dirancang khusus untuk membantu Anda memahami dan menerapkan konsep-konsep penting dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Dengan bimbingan kami, Anda akan siap untuk menghadapi setiap tantangan di masa depan.


Belajar desa wisata dari Desa Wisata Tinalah sangat menarik bagi pihak-pihak yang tertarik dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi pariwisata. Berikut adalah rangkuman penawaran yang dapat disediakan oleh Desa Wisata Tinalah:

  • Studi Kasus Merintis Desa Wisata: Desa Wisata Tinalah menyediakan studi kasus lengkap tentang perjalanan desa wisata dalam merintis desa wisata, mulai dari tahap awal hingga menjadi desa wisata yang maju. Ini termasuk informasi tentang tantangan, strategi yang berhasil, dan pembelajaran yang didapat selama proses pengembangan.
  • Pengembangan Produk Wisata: Pihak pengelola Desa Wisata Tinalah memberikan wawasan tentang pengembangan produk wisata, termasuk cara mengidentifikasi potensi wisata, proses pengembangan produk yang berkelanjutan, dan cara mengintegrasikan keunikan lokal ke dalam produk wisata.
  • Pemasaran Tradisional dan Digital: Desa Wisata Tinalah berbagi pengalaman tentang strategi pemasaran tradisional dan digital yang mereka gunakan untuk mempromosikan destinasi mereka. Ini meliputi pemasaran melalui media sosial, situs web, kampanye iklan online, dan lainnya.
  • Digitalisasi dan Pengelolaan Desa Wisata: Pihak pengelola Desa Wisata Tinalah memberikan wawasan tentang digitalisasi dalam pengelolaan desa wisata, termasuk penggunaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional, manajemen data, dan pelayanan kepada pengunjung.
  • Pengalaman Langsung: Selain informasi dan presentasi, Desa Wisata Tinalah juga menyediakan pengalaman langsung bagi peserta untuk melihat dan merasakan sendiri bagaimana desa wisata dijalankan. Ini termasuk tur ke lokasi wisata, berinteraksi dengan penduduk setempat, dan mengikuti kegiatan wisata yang ditawarkan.
  • Kursus dan Pelatihan: Desa Wisata Tinalah dapat menyelenggarakan kursus dan pelatihan bagi para peserta yang tertarik untuk mendalami topik-topik terkait pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Pelatihan dapat mencakup berbagai aspek, mulai dari manajemen destinasi, keberlanjutan, hingga keterampilan pemasaran dan digital.

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk memperdalam pengetahuan Anda tentang pengembangan desa wisata dengan belajar Tahapan Merintis dan Mengembangkan Desa Wisata! Segera bergabung dengan kami di Desa Wisata Tinalah dan mulailah perjalanan Anda menuju kesuksesan dalam pengembangan pariwisata melalui desa wisata berbasis masyarakat. Hubungi kami hari ini untuk informasi lebih lanjut dan daftar segera!


Pentingnya Modal Sosial dalam Pengembangan Desa Wisata Tinalah

Desa Wisata Tinalah telah membuktikan bahwa modal sosial merupakan aset yang tak ternilai dalam upaya pengembangan desa wisata. Modal sosial di sini tidak hanya merujuk pada hubungan antarindividu, tetapi juga mencakup norma, nilai, dan tingkah laku kolektif yang melandasi interaksi sosial di dalam desa. 

 

pentingnya-modal-sosial-dalam-pengembangan-desa-wisata-tinalah

Pada artikel ini Dewi Tinalah akan membahas mengenai pentingnya modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Tinalah. Upaya ini untuk menjadikan desa wisata dapat berkelanjutan dilihat dari sisi modal sosial yang sangatlah berharga.

 

Jaringan Sosial

Jaringan yang kuat merupakan fondasi dalam pengembangan desa wisata. Desa Wisata Tinalah telah membangun hubungan yang baik dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk masyarakat lokal, mitra bisnis, pemerintah, dan wisatawan. Hubungan yang solid ini membantu dalam hal kolaborasi, pertukaran informasi, dan dukungan bersama.

Baca Juga: Pariwisata Berbasis Masyarakat

Kepercayaan

Kepercayaan adalah elemen kunci dalam modal sosial. Desa Wisata Tinalah telah berhasil membangun kepercayaan dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan dampak positif kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat merasa yakin bahwa pengelola desa wisata ini bertanggung jawab dan berkomitmen untuk kebaikan bersama.
 

Norma dan Nilai

Modal sosial di Desa Wisata Tinalah juga mencakup norma dan nilai-nilai yang mengatur kegiatan di dalam desa wisata. Ini menciptakan kerangka kerja etis yang membantu mengatur interaksi dan memastikan bahwa pengelolaan desa wisata berjalan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat setempat.

Baca Juga: Sudah tau konsep Desa Wisata? Wajib Tau!
 

Resiprositas

Prinsip resiprositas sangat ditekankan dalam pengembangan Desa Wisata Tinalah. Resiprositas dalam bentuk kegiatan yang memberikan manfaat kepada masyarakat merupakan bukti nyata dari semangat gotong royong dan saling peduli. Hal ini membangun ikatan erat antara pengelola dan masyarakat.
 

Proaktif

Modal sosial di desa ini juga mencakup perilaku proaktif yang ditunjukkan oleh pengelola. Mereka memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menciptakan program-program yang memberikan manfaat nyata kepada masyarakat, seperti program pendidikan, pelatihan, atau kegiatan sosial lainnya. Tindakan proaktif ini memperkuat ikatan antara pengelola dan masyarakat.

pentingnya-modal-sosial-dalam-pengembangan-desa-wisata-tinalah


Pentingnya modal sosial dalam pengembangan Desa Wisata Tinalah tak terbantahkan. Modal sosial menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan desa wisata. Ini menciptakan kepercayaan, kerjasama, dan solidaritas di antara semua pemangku kepentingan.

Baca Juga: Panduan Lengkap Strategi Brand Positioning Usaha Desa, Desa Wisata Pasti Sukses! 

 

Melalui modal sosial ini, Desa Wisata Tinalah mampu mengatasi berbagai tantangan dan mencapai keberhasilan yang signifikan dalam industri pariwisata. Modal sosial adalah fondasi kuat yang memungkinkan desa ini untuk terus berkembang dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat dan pengunjung. 

 

Desa Wisata Tinalah merupakan contoh nyata bagaimana modal sosial dapat menjadi pendorong utama dalam pengembangan desa wisata yang berkelanjutan. Ingin belajar mengenai pengembangan desa wisata? Anda dapat belajar langsung dari praktiknya di Desa Wisata Tinalah. Dari Desa untuk Indonesia Jaya.

11 Tahun Desa Wisata Tinalah, Asa Gotong Royong untuk Indonesia Lestari

Perjalanan kami yang penuh tantangan adalah cerminan nyata dari semangat perjuangan, pemberdayaan, dan kebermanfaatan. Tidak hanya untuk Desa Wisata Tinalah, tetapi juga sebagai inspirasi bagi semua desa di seluruh Indonesia.

11 Tahun Desa Wisata Tinalah Asa Gotong Royong untuk Indonesia Lestari


Dewi Tinalah telah membuktikan bahwa desa bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi laboratorium inovasi. Di era transformasi digital, desa seperti  Desa Wisata Tinalah Purwoharjo memiliki peran penting dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Kemajuan teknologi memungkinkan desa untuk memanfaatkan potensinya dalam pariwisata, pendidikan, dan bisnis, yang semuanya beriringan menuju kemakmuran.

Baca Juga: Perjalanan Desa Wisata Tinalah Dari Awal

Masa depan Indonesia bergantung pada desa-desa yang mampu beradaptasi dengan teknologi digital, memanfaatkannya untuk pemberdayaan masyarakat, dan mempertahankan nilai-nilai lingkungan. Transformasi digital adalah peluang untuk mengintegrasikan desa dalam peta global sambil menjaga identitas lokal.

Dalam perayaan hari jadi ini, mari bersama-sama merenung tentang potensi dan tanggung jawab kita dalam membangun desa-desa yang berkelanjutan secara ekonomi, ekologis, dan sosial. Desa Wisata Tinalah adalah salah saktu spirit bagi desa-desa yang memiliki peran vital dalam memajukan bangsa ini. Semoga Desa Wisata Tinalah terus bersinar sebagai contoh inspiratif bagi semua desa di Indonesia. Mari bersama membangun masa depan yang cerah, dari desa untuk Indonesia yang lebih baik.

 

Dengan spirit hari Pariwisata Dunia yang jatuh pada tanggal 27 September, ini sangat relevan dalam capaian Desa Wisata Tinalah. Hari Pariwisata Dunia  dengan tema "Tourism and Green Investment" atau "Pariwisata dan Investasi Ramah Lingkungan," memberikan kesempatan bagi Desa Wisata Tinalah untuk merayakan peran pentingnya dalam mendukung investasi berkelanjutan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Desa Wisata Tinalah telah lama menjadi contoh sukses tentang bagaimana pariwisata dapat berperan dalam investasi positif untuk berbagai aspek kehidupan.

Baca Juga: Desa Wisata Tinalah Dikunjunga 15 Negara, Edukasi Keberlanjutan dan Kepemudaan

Desa Wisata Tinalah telah berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi masyarakatnya, menciptakan peluang pekerjaan lokal dan memberikan dampak sosial yang signifikan. Dengan memahami pentingnya pelestarian lingkungan, Desa Wisata Tinalah juga telah berinvestasi dalam infrastruktur berkelanjutan seperti pengelolaan limbah dan energi terbarukan, menjadikannya destinasi pariwisata yang ramah lingkungan.

Tantangan yang dihadapi oleh Desa Wisata Tinalah adalah menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan pelestarian lingkungan. Investasi yang tepat dalam teknologi dan inovasi hijau adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini. Masyarakat lokal juga harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan investasi berkelanjutan yang menguntungkan semua pihak.

Baca Juga: Ragam Capaian Desa Wisata Tinalah

Dengan berfokus pada investasi yang ramah lingkungan, teknologi, pendidikan, dan partisipasi masyarakat, Desa Wisata Tinalah terus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan menjadi inspirasi bagi destinasi pariwisata lainnya di seluruh dunia. Pariwisata di Desa Wisata Tinalah adalah contoh nyata bagaimana pariwisata dapat berperan sebagai motor investasi menuju masa depan yang lebih baik.

Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Kunjungi Dewi Tinalah

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) selalu berupaya untuk mengembangkan destinasi wisata di seluruh Indonesia. Untuk itu, Bapak Frans Teguh selaku PLT Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ibu Oneng Setya Harini Sekretaris Deputi, Bapak Angin beserta jajaran direksi dan pejabat Badan Otorita Borobudur melakukan kunjungan ke Desa Wisata Tinalah pada tanggal 10 Maret 2023.

Frasn Teguh Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat langsung kondisi, perkembangan, serta kebutuhan Desa Wisata Tinalah yang dapat dioptimalkan. Dalam kunjungan tersebut, Bapak Frans Teguh menyampaikan bahwa kekompakan dan komitmen adalah kunci pengembangan desa wisata.

Dalam sambutannya, Bapak Frans Teguh mengatakan bahwa pengembangan desa wisata tidak hanya mengandalkan keindahan alam semata, tetapi juga mengandalkan kekompakan dan komitmen masyarakat setempat dalam menjaga dan mengembangkan potensi wisata yang ada. “Kita harus bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengembangkan desa wisata. Kita harus memastikan bahwa masyarakat setempat mendapatkan manfaat dari keberadaan desa wisata,” ujarnya.

Baca Juga: LPDP Kunjungi Desa Wisata Tinalah untuk Persiapan Keberangkatan Angkatan 197 dan 198

Selain itu, Bapak Frans Teguh juga menyoroti pentingnya pengembangan infrastruktur di desa wisata. “Infrastruktur yang baik dapat menunjang kemajuan desa wisata. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan dan mengembangkan infrastruktur di desa wisata,” jelasnya.

Kegiatan kunjungan ini juga dilakukan untuk membahas beberapa hal terkait kondisi, perkembangan, dan kebutuhan Desa Wisata Tinalah yang dapat dioptimalkan. Pada sesi diskusi tersebut, para pejabat Kemenparekraf dan Badan Otorita Borobudur mendengarkan masukan dan saran dari masyarakat setempat mengenai bagaimana cara mengoptimalkan potensi wisata yang ada di Desa Wisata Tinalah.

Frasn Teguh Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


Salah satu hal yang dibahas adalah tentang pengembangan produk wisata di Desa Wisata Tinalah. Bapak Frans Teguh menyarankan agar Desa Wisata Tinalah mengembangkan produk wisata yang unik dan berbeda dengan desa wisata lainnya. “Kita harus mencari dan mengembangkan produk wisata yang unik dan berbeda agar Desa Wisata Tinalah bisa menarik minat wisatawan untuk berkunjung,” ujarnya.

Selain itu, para pejabat Kemenparekraf dan Badan Otorita Borobudur juga membahas tentang pengembangan homestay di Desa Wisata Tinalah. Bapak Frans Teguh menyarankan agar homestay yang ada di Desa Wisata Tinalah dikembangkan menjadi homestay yang berkualitas dan memiliki konsep yang unik. “Homestay yang berkualitas dan memiliki konsep yang unik dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Dewi Tinalah, paparnya.

Baca Juga: Desa Wisata Tinalah Jadi Peserta Table Top Post Tour ASEAN Tourism Forum (ATF) 2023

Selain membahas tentang pengembangan produk wisata dan homestay, kunjungan ini juga dilakukan untuk melakukan peninjauan fasilitas sarana prasarana toilet desa wisata yang telah diresmikan pada tanggal 22 September 2022.

Pada kesempatan tersebut, para pejabat Kemenparekraf dan Badan Otorita Borobudur melihat langsung kondisi dan kualitas fasilitas toilet yang ada di Desa Wisata Tinalah. Bapak Frans Teguh mengatakan bahwa fasilitas toilet yang baik dan bersih adalah hal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan pengembangan desa wisata.

“Fasilitas toilet yang baik dan bersih sangat penting untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Tinalah. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa fasilitas toilet yang ada di desa wisata ini selalu dalam kondisi baik dan bersih,” ujarnya.

Selain itu, Bapak Frans Teguh juga menambahkan bahwa pengelolaan fasilitas toilet harus dilakukan secara professional dan terus menerus. “Pengelolaan fasilitas toilet harus dilakukan dengan professional dan terus menerus. Kita harus memastikan bahwa pengelolaan fasilitas toilet dilakukan secara rutin agar selalu dalam kondisi yang baik dan bersih,” jelasnya.

Baca Juga: Pelatih Desa Wisata dari Dewi Tinalah tergabung dalam Kampanye Sadar Wisata 5.0 Kemenparekraf

Dalam kunjungan ini, para pejabat Kemenparekraf dan Badan Otorita Borobudur juga memberikan saran dan masukan kepada masyarakat setempat mengenai cara menjaga dan merawat fasilitas toilet yang ada di Desa Wisata Tinalah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas fasilitas toilet yang ada dan memberikan pengalaman wisata yang lebih baik bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Tinalah.

Dengan kunjungan ini, diharapkan Desa Wisata Tinalah dapat terus berkembang dan menjadi salah satu destinasi wisata yang unggul di Indonesia. Melalui kerja sama antara pemerintah dan masyarakat setempat, pengembangan desa wisata dapat dilakukan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat setempat serta wisatawan yang berkunjung.


Pelatih Desa Wisata dari Dewi Tinalah tergabung dalam Kampanye Sadar Wisata 5.0 Kemenparekraf

Desa wisata saat ini menjadi program unggulan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2022 ini terdapat program Kampanye Sadar Wisata untuk desa wisata di daerah super prioritas.

Tim Trainer Kampanye Sadar Wisata Kemenparekraf RI Galuh Alif Fahmi Rizki Dewi Tinalah
Galuh Alif Fahmi Rizki menjadi Tim Pelatih Kampanye Sadar Wisata 5.0 Kemenparekraf

Pengelola Dewi Tinalah yaitu Galuh Alif Fahmi Rizki tergabung dalam kegiatan Kampanye sadar wisata 5.0 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

KampanyeSadar Wisata 5.0 adalah sebuah program berkelanjutan yang terdiri dari sosialisasi, pelatihan, pendampingan dan penghargaan dalam upayamengembangkan wisata di desa dengan menerapkanperan kemajuan teknologi.

Info: Undang Galuh Alif Fahmi Rizki untuk Pelatihan Desa Wisata (085729546678)

Program ini merupakan program pelatihan desa wisata yang terintegrasi dalam mendorong desa wisata mengelola potensi desa secara kelembagaan. Kampanye Sadar Wisata 5.0 sebagai pelatihan pengembangan inovasi dan kapasitas bidang parekraf.

Dalam kesempatan ini, Pengelola Dewi Tinalah terpilih menjadi tim trainer  / pelatih dalam program Kampanye Sadar Wisata 5.0. Tahun ini menjadi pelatih dalam packaging dan presentation produk pariw

Pariwisata Minat Khusus Desa Wisata Sebagai Wisata Alternatif

Banyak pengembangan parwisata di Indonesia yang memberikan dampak kebermanfaatan. Kali ini Dewi Tinalah akan membahas mengenai pariwisata minat khusus. Apa itu pariwisata minat khusus? Lalu apa hubungannya dengan desa wisata dan apakah desa wisata termasuk dalam ketegori pariwisata minat khusus? Tentu ini membutuhkan penjelasan secara lengkap. Dalam artikel ini Dewi Tinalah akan membahas secara lengkap mengenai pariwisata minta khusus.

pariwisata-minat-khusus-desa-wisata

Pariwisata minat khusus menjadi salah satu pariwisata alternatif yang dapat dipilih oleh wisatawan. Pariwisata alternative sekarang ini jadi trend untuk beberapa pelancong. Pariwisata alternative sebagai ide wisata yang lebih berteman dengan alam dan warga lokal, yang tidak dapat diperoleh saat bertandang ke tujuan wisata biasa.

Karenanya, beberapa paket wisata yang memprioritaskan budaya, alam, dan suatu hal yang unik dari wilayah tertentu sedang benar-benar disukai. Satu diantaranya dengan berkunjung desa wisata.

Pengertian Wisata Minat Khusus

Wisata minat khusus (Special Interest Tourism) Menurut Fandeli, (2002:107) adalah wujud pekerjaan dengan turis personal, kumpulan atau kelompok kecil yang memiliki tujuan buat belajar serta mengusahakan mendapat pengalaman terkait satu perihal di wilayah yang disinggahi.

Baca juga:

menurut Ismayanti (2010:155), pariwisata minat khusus adalah pariwisata yang menjajakan pekerjaan yang tak biasa dikerjakan oleh turis pada biasanya atau wisata yang butuh keterampilan khusus atau interes khusus buat mengerjakannya, serta tiap-tiap orang miliki keterampilan semasing. Menurut Read Hall serta Weiler (1992) …is travel for people who are going somewhere because they have a particular interest that can be pursued in a particular region or at a particular destination.

Special Interest Tourism atau ke bahasa Indonesia umum diketahui dengan istilah pariwisata minat khusus adalah macam pariwisata di mana turis mengerjakan perjalanan buat belajar serta mengusahakan memperoleh pengalaman anyar terkait sebuah hal di wilayah yang disinggahi. 

Sampai juga ada yang mengucapkan kalau tipologi dari wisata macam ini tak biasa, antimainstream, atau sampai aneh. Kenapa? Sebab kebanyakan wisata minat khusus begitu terjalin dengan kegemaran satu orang, populasi, atau didasarkan rasa mau tahu yang begitu tinggi.

Pariwisata minat khusus punya relevansi dengan perjalanan. Pelancong secara fisik bisa meletihkan, dan ada bagian halangan yang penting dijalankan, lantaran wujud pariwisata ini lebih banyak ada di wilayah terisolasi, antara lain : kesibukan treking, hiking, pendakian gunung, rafting di sungai, dan yang lain (Fandeli 2000). 
Ada sekian banyak syarat-syarat menurut Fandeli dalam Sudana (2013), yang bisa digunakan jadi petunjuk dalam menentukan satu wujud wisata minat khusus ialah : 1) Learning, pariwisata yang fundamental pada bagian belajar; 2) Rewarding, pariwisata yang masukkan bagian pemberian penghargaan; 3) Enriching, pariwisata yang masukkan kesempatan berlangsungnya pengkayaan pengetahuan di antara pelancong dengan orang; 4) Adventuring, pariwisata yang didesain dan dibuntel maka dari itu terjadi wisata perjalanan.

Kegiatan wisata minat khusus mencakup kegiatan kemping (famili camp, Educamp, dls), penjelajahan (adventure), Journey, penelusuran (seperti jelajahi air terjun, tracking rimba, susur sungai, dan lainnya), ekowisata, wisata desa, dan yang lain. Wisata minat khusus dilaksanakan pada tujuan alam yang asri, di mana mayoritas objeknya ada dikawasan pegunungan, pantai, perdesaan dengan pendekatan servis yang khusus (privacy).

Kemajuan pariwisata minat khusus sesungguhnya pun searah dengan kemajuan lifestyle manusia maka tampil beberapa istilah anyar seperti culinary tourism, halal tourism, dark tourism, Tolkien tourism (mendatangi posisi film Lord of The Rings), drug tourism, getto tourism, serta masihlah banyak kembali. 

Wisata minat khusus sampai diindikasikan berlangsung pergesekan arah pariwisata di 2017, dari wisata massal tuju wisata opsi atau wisata minat khusus dengan skema wisata yang mengedepankan pada hal penghayatan serta penghargaan lebih kepada hal kelestarian alam, lingkungan, serta budaya (enviromentally and cultural sensitives).

Baca Juga: Konsep Desa Wisata yang Wajib Diketahui

Pada biasanya turis minat khusus punya motivasi serta keinginantahuan yang tinggi kepada sebuah hal buat didalami serta dituruti / dilalui maka mendatangkan pengalaman anyar dalam pekerjaannya berpariwisata.

Ada dua kumpulan turis dalam kegiatan wisata minat khusus, ialah kumpulan yang berkehendak sekedar coba kegiatan anyar. Di kumpulan ini, kendala keikutsertaan bakal condong pada tingkat mudah hingga di menengah. Serta yang ke-2 , yaitu kumpulan yang menyaksikan keterlibatannya dalam wisata minat khusus selaku maksud atau motivasi sangat dalam untuk pemenuhan atas kepentingan kesan seseorang turis dalam pekerjaan berpariwisata, maka keikutsertaan turis dalam kumpulan ini bakal condong lebih aktif dan menuju di tingkat kendala yang makin tinggi.

Munculnya Parwisiata Minat Khusus

Imbas dari pembangunan pariwisata massal dan kegiatannya pada sumber daya manusia bisa menyebabkan kemunduran nilai-nilai sosial budaya, nilai-nilai kepribadian, atau komersilisasi adat. Begitu juga dampaknya pada sumber daya alam, pembangunan wisata massal akan berpengaruh pada pindah peranan tempat dari bidang pertanian ke bidang pariwisata, berlangsungnya pencemaran lingkungan, dan berlangsungnya kerusakan lingkungan dan ekosistem.

Imbas negatif itu dikarenakan oleh peningkatan pariwisata massal yang hanya dilaksanakan dengan pendekatan ekonomi, dan pariwisata disiapkan sebagai instrument untuk tingkatkan penghasilan keuangan sebuah instansi semata-mata.

Berlainan dengan itu, dalam wisata minat khusus pembangunan pariwisata harus berdasar pada persyaratan kebersinambungan, bisa disokong secara ekologis dalam waktu lama, pantas secara ekonomi, dan adil secara norma dan sosial untuk warga di tempat.
Pembangunan terus-menerus dalam wisata khusus diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia, dengan arah supaya bidang pariwisata sanggup memberi keberkahannya pada alam, peradaban sosial, dan aktor wisata tersebut. 

Salah satunya program wisata garapan pemerintahan yang ke arah pada peningkatan wisata minat khusus dan ramah yakni dengan ditenarkannya ide desa wisata dan wisata di pedesaan. Ide desa wisata memprioritaskan autentisitas sehari-harinya desa yang dibungkus jadi tujuan-destinasi unik dengan pemberian fokus pada penyuguhan pengalaman yang lain dengan kehidupan riil beberapa pelancong.

Mengapa Wisata Minat Khusus?

Ditandai berlangsungnya pergesekan fokus pariwisata di tahun 2017, dari wisata massal ketujuan wisata preferensi atau wisata minat khusus dengan skema wisata yang tekankan terhadap unsur penghayatan dan penghargaan lebih kepada unsur kelestarian alam, lingkungan dan budaya (enviromentally and cultural sensitives). 

Kesadaran kepada daya pikat Indonesia oleh komunitas-komunitas orang di kitaran Object Dengan daya Ambil Wisata (ODTW) berbentuk kemegahan lanscape alam, keanekaan seni, budaya dan rutinitas istiadat orang yang diurus secara ramah dan dipertunjukkan geliat kepariwisataannya dengan menjajakan perjalanan-perjalanan wisata minat khusus kepada pasar pariwisata sebagai satu diantaranya bagian yang mempunyai pengaruh berlangsungnya pergesekan fokus pariwisata, kecuali kejenuhan pelancong tersebut kepada wisata produksi yang bercirikan wisata massal.

Oleh beberapa grup, pariwisata massal diliat berkesempatan mengakibatkan kemerosotan juga distraksi atas lingkungan, baik lingkungan alam atau lingkungan budaya dan sosial. Tidak serupa dengan rencana wisata minat khusus yang bisa lebih banyak menitik beratkan di wisata yang ramah kepada alam, komunitas sosial dan budaya di kitaran Object Dengan daya Ambil Wisata, dan rata-rata "wisata massal lebih bertujuan mendapati keuntungan secara ekonomi semata-mata dengan mengutamakan metode ekonomi kapitalistik".

Baca Juga: Perencanaan Desa Wisata dalalm Sektor Pariwisata

Wilayah wisata massal yang dibangun atau pelayannya bisa lebih banyak menyediakan selingan yang bisa menyimpan kemampuan pengunjung bisa lebih banyak tiada perhitungkan efek negatif kepada lingkungan atau sosial. Menurut Kodhyat (1997:75) dalam buku Tourism Technology and Competitive Siasates sebutkan jika "pariwisata massal jadi pariwisata kekinian atau formal, di mana type pariwisata ini punyai tanda-tanda ialah kesibukan wisata sejumlah besar (Mass Tourism), beberapa dibuntel dalam unit paket wisata, pembangunan tempat dan layanan kepariwisataan bertaraf besar dan lux membutuhkan sejumlah tempat yang dirasa penting dan membutuhkan tanah yang lumayan luas.

Oleh beberapa grup, pariwisata massal diliat berkesempatan mengakibatkan kemerosotan juga distraksi atas lingkungan, baik lingkungan alam atau lingkungan budaya dan sosial. Tidak serupa dengan rencana wisata minat khusus yang bisa lebih banyak menitik beratkan di wisata yang ramah kepada alam, komunitas sosial dan budaya di kitaran Object Dengan daya Ambil Wisata, dan rata-rata "wisata massal lebih bertujuan mendapati keuntungan secara ekonomi semata-mata dengan mengutamakan metode ekonomi kapitalistik".

Dalam wisata minat khusus dan atau wisata ramah, pembangunan pariwisata mesti menurut persyaratan kesinambungan, bisa ditopang secara ekologis dalam waktu lama, wajar secara ekonomi, adil secara formalitas dan sosial untuk orang di tempat. Pembangunan berkepanjangan dalam wisata khusus diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia mesti bisa berikan keberkahannya kepada alam, komunitas sosial dan pelaksana wisata tersebut.

Liburan dengan jenre wisata minat khusus ialah sebuah jalan keluar buat lupakan kekhawatiran dan ketakutan dan mendatangkan rasa berbahagia dan senang. Wisata minat khusus sebagai salah satunya wisata yang bisa memberi rasa nyaman dan aman baik pada objek tujuan atau dalam kegiatan wisatanya pada periode new normal, ini karena :

Hubungan dalam wisata minat khusus memiliki sifat privacy, yakni tidak mengikutsertakan beberapa orang baik pada objek tujuan wisata atau di saat aktivitas wisata. Seumpama pada aktivitas kemping keluarga (dengan ambil contoh kasus di teritori pariwisata curug panjang), di mana tiap keluarga mempunyai zone camping tertentu yang tidak bersatu dengan keluarga yang lain, dan sepanjang camping cuman diatasi cuman oleh 2 orang untuk optimal 15 orang pada sebuah barisan keluarga, satu untuk menfasilitasi fasilitas dan satunya kembali untuk.

Wajib Baca: 3 Hal Penting dalam Pengembangan Pariwisata

Mayoritas objek untuk aktivitas wisata minat khusus ada di lingkungan pegunungan dan rimba yang jarang-jarang tersentuh oleh kegiatan manusia. Dengan ambil contoh di teritori Taman Nasional Gunung Halimun dan teritori pariwisata Curug Panjang, di mana pada kegiatan jelajahi air terjun dan penilaian burung (birdwatching), air terjun dan beberapa spot burung untuk dilihat terletak ada di dalam rimba. begitu juga dengan kegiatan raffeling, tracking rimba, susur sungai, dls.

Tujuan untuk kegiatan wisata minat khusus mempunyai lingkup teritori yang luas dengan sedikit orang yang berhubungan di dalamnya.

Desa Wisata Sebagai Pariwisata Minat Khusus

Desa wisata sebagai sisi dari peningkatan pariwisata terus-menerus dan menjadi satu diantara program Pemerintahan Republik Indonesia yang diharap bisa percepat kebangunan pariwisata dan memacu kemajuan ekonomi.

Wisata minat khusus dan ramah yakni dengan di terkenalkan nya ide desa wisata dan wisata di perdesaan. Desa wisata ialah satu wujud integratif di antara pertunjukan, fasilitas dan sarana simpatisan yang dihidangkan pada suatu susunan kehidupan warga yang bersatu dengan tata langkah dan adat yang berjalan. 

Ide Desa Wisata mempunyai 2 elemen khusus yaitu elemen pertunjukan, di mana semua kehidupan sehari-harinya warga di tempat dan seting fisik lokasi desa yang berpeluang terjadi nya hubungan aktif di antara pelancong dengan warga di tempat, dan elemen ke-2  ialah fasilitas, yakni beberapa dari rumah beberapa warga di tempat dan atau unit-unit yang berkembang atas ide rumah warga bisa dipakai oleh pelancong yang lakukan berliburnya di Desa Wisata.

Tetapi tidak tiap desa bisa menjadi desa wisata, karena sedikitnya dibutuhkan 3 elemen untuk membuatnya. Elemen pertama dengan menyaksikan kekuatan wisata yang ada. Di sini piranti desa harus mempunyai pangkalan data yang terang berkenaan tempat, lokasi, wilayah dan bagaimana ekosistem yang bisa menolong peningkatan tujuan wisata nanti.

Elemen selanjutnya dengan menyaksikan minat dan persiapan warga pada peningkatan tujuan wisata di tempat. Desa wisata akan berkembang bila diatur oleh desa tersebut, keperluan akan organisasi yang khusus mengurus desa wisata diperlukan supaya terus-menerus dan mengikutsertakan faksi yang tentukan arah desa wisata.

Pada intinya, desa wisata tawarkan pengalaman mengenai bagaimana hidup di desa bersama warga di tempat, turut turut serta dalam beragam tipe kegiatan warga pedesaan, yang esensial atau teknikal pastilah berlainan dengan kehidupan sehari-hari beberapa pelancong. Turunan tehnis dari ide wisata pedesaan ialah kehadiran usaha homestay, beberapa acara pedesaan, dan kesempatan beberapa produk pedesaan untuk berkembang, seperti kerajinan desa dan kulineran desa.

Sampai di sini, dapat kita mengambil ringkasan jika wisata desa pada terutamanya, dan wisata minat khusus secara umum, dapat menjadi satu diantara ide yang hendak bawa pemerataan di bidang pariwisata di mana warga desa dan aktor UMKM desa dapat turut nikmati kue ekonomi pariwisata yang mekar seperti kita tonton ini hari. Karena itu, pemerintahan sebenarnya perlu selekasnya lakukan pengidentifikasian perubahan pariwisata minat khusus ini, lalu memetakkan keunggulan dan imbas positif peningkatan tujuan wisata khusus yang ada.

Seterusnya, pemerintahan dapat memperoleh info mendalam mengenai praktik-praktik terbaik dalam pengendalian tujuan wisata khusus untuk selanjutnya jadi guidelines dan patokan untuk calon-calon tujuan wisata khusus pada tempat lain. Dan, yang lebih bernilai, dengan hasil analisis itu pemerintahan juga dapat mengenali kesempatan-peluang interferensi peraturan untuk peningkatan selanjutnya dari wisata minat khusus secara masif (nasional).

Download Ebook: Kumpulan Ebook Desa Wisata

Searah dengan Aturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015, peningkatan wisata berbasiskan perdesaan (desa wisata) dapat gerakkan rutinitas ekonomi pariwisata di perdesaan yang bisa menghalang urbanisasi orang desa ke kota.

Peningkatan wisata perdesaan dapat menggerakkan konservasi alam (rentang alam, persawahan, sungai, danau) yang pada gilirannya dapat beresiko mereduksi pemanasan global. Program desa wisata lagi tumbuh jadi pariwisata preferensi dikehendaki bisa berikan peran yang positif buat peningkatan orang.

Desa Wisata Tinalah hadir sebagai salah satu pariwisata minat khusus dengan konsep desa wisata. Wisatawan dapat menikmati ragam pilihan kegiatan wisata dengan cek paket yang ada di Dewi Tinalah.

Dewi Tinalah Masuk 50 Besar Website Wisata di Indonesia

Halo Sobat Dewi Tinalah, sahabat Desa Wisata Indonesia. Dewi Tinalah sebagai penyedia layanan informasi dan paket wisata di Indonesia dengan info desa wisata melalui web Dewi Tinalah, di awal tahun 2022 masuk dalam 50 Besar Website di Indonesia Kategori Wisata (data update 20 Januari 2022) versi  Similar Sites Search.


Dewi Tinalah Masuk 50 Besar Website Wisata di Indonesia

Pemeringkatan situs Similar Sites Search dari Similars.NET adalah platform untuk menemukan situs web yang serupa, terkait, atau alternatif. Saat ini terdaftar 10.982.089 situs web dan web Desa Wisata Tinalah masuk dalam Top 50 Website kategori wisata di Indonesia.


Baca Juga: Inovasi Desa Wisata Tinalah sebagai Desa Wisata Digital


Similar Sites Search adalah penyedia intelijen digital untuk perusahaan dan bisnis kecil hingga menengah (UKM). Platform ini menyediakan layanan analisis web dan menawarkan informasi kepada penggunanya tentang lalu lintas dan kinerja web.


Dalam laporan Similar Sites Search, dewitinalah.com adalah situs web ch. Popularitas dewitinalah.com sangat tinggi. Pengunjung Similar Sites Search membuat 44 saran URL ke situs ini.


Similar Sites Search memberi peringkat situs web dan aplikasi berdasarkan metrik lalu lintas dan keterlibatan. Peringkatnya dihitung menurut kumpulan data yang dikumpulkan dan diperbarui setiap bulan dengan data baru. Sistem peringkat mencakup 210 kategori situs web dan aplikasi di 190 negara dan dirancang untuk menjadi perkiraan popularitas & potensi pertumbuhan situs web.


Dewi Tinalah sebagai desa wisata digital di Indonesia (Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021) telah mengelola informasi secara online melalui web Dewi Tinalah sejak tahun 2013. Berbagai informasi paket desa wisata, edukasi pariwisata dan desa wisata serta informasi terkait perkembangan desa wisata menjadi fokus utama dalam penyejian informasi di web Dewi Tinalah.


Dewi Tinalah menjadi bagian penting dalam pengembangan Desa Wisata di Jogja dan pengembangan Desa Wisata Kulon Progo. Desa Wisata Tinalah melalui adopsi teknologi digital telah memanfaatkan media online untuk mempromosikan paket Desa Wisata Tinalah.


Web Dewi Tinalah bersaing dengan ribuan web penyedia info wisata di Indoneisa yang merupakan web dari perusahaan wisata, tour travel, maupun travel blogger. Berikuti ini daftar 50 besar website kategori wisata di Indonesia versi Similar Sites Search.


Daftar Top 50 Website Kategori Wisata di Indonesia versi Similar Sites Search

  1. Greatindonesia.com
  2. Ckmandiritravel.com
  3. Lombokisland.co.id
  4. Unhascores.blogspot.com
  5. Unhascores.blogspot.com.br
  6. Tourbanyuwangi.com
  7. Lintangwisata.com
  8. Topwisata.info
  9. Objektempatwisata.blogspot.com
  10. Scrapbookcorazonyo.blogspot.com
  11. Newsweekturkiye.com
  12. Kelloggsnyc.com
  13. Tourwisatabromo.com
  14. Wisatasumbawa.co.id
  15. Tourbandung.com
  16. Wisatasumba.id
  17. Qinanatour.com
  18. Zulfikaralex.com
  19. Alamwisata.com
  20. Travpackerindonesia.com
  21. Indoribu.com
  22. Bandungyuk.com
  23. Dewitinalah.com
  24. Thekarimunjawa.com
  25. Wisataindonesia77.blogspot.com
  26. Wisatapangandaran.co.id
  27. Narayatrip.com
  28. Jejakwisata.com
  29. Pulaupadar.co.id
  30. Eloratour.blogspot.com
  31. Wisatadiengtour.net
  32. Lovelyflores.com
  33. Cakrawalatour.com
  34. Travelbromomalang.com
  35. Indokuliners.com
  36. Koswisata.blogspot.com
  37. Wiratransports.com
  38. Wisatamurahmeriah.com
  39. Erawisata.com
  40. Maritimtravel.com
  41. Terraxatitlan.com
  42. Lomboksociety.web.id
  43. Galeriwisata.com
  44. Idtempatwisata.com
  45. Ejawantahtour.blogspot.com
  46. Asliindonesia.net
  47. Lovelyjakarta.com
  48. Medanwisata.com
  49. Mediawisata.id
  50. Bromotravelmurah.com

Capaian ini tentu menjadi kebanggan bagi pengelola Desa Wisata Tinalah. Website Dewi Tinalah menjadi bagian penting dalam penyajian informasi wisata di Indonesia. Tentu capaian ini akan selalu ditingkatkan untuk menyejikan informasi wisata berkualitas, khusunya tentang desa wisata di Indonesia.

Prioritas Pemanfaatan Dana Desa Untuk Desa Wisata, Pengelola dan Pemdes Wajib Tau

Apakah dana desa dapat digunakan untuk pengembangan desa wisata? Hal ini yang perlu diketahui oleh pengelola desa dan perangkat desa terkait penggunaan dana desa untuk desa wisata. Dengan mengetahui alokasi dana desa untuk apa saja ini diharapkan pembangunan desa lebih optimal.


Prioritas Pemanfaatan Dana Desa untuk Desa Wisata - Dewi Tinalah

Bagi masyarakat di desa yang terlibat di pemberdayaan masyarakat desa wajib mengetahui pengelolaan dana desa dengan melakukan cek dana desa.  Banyak Lembaga di desa yang dapat mengakses anggaran dana desa sehingga alokasi dana desa untuk apa saja salah satunya dapat untuk pemanfaatan dana desa untuk desa wisata.


Tentu sebelum menggunakan dana desa untuk desa wisata, pemerintah desa maupun pengelola dan masyarakat perlu mengetahui konsep dan pengertian desa wisata. Hal ini menjadi acuan untuk pemerintah desa dan pengelola desa wisata dalam merencanakan pemanfaatan dana desa secara tepat guna.


Dana Desa

Pemakaian Dana Desa diutamakan untuk mengongkosi pembangunan dan pendayagunaan warga yang diperuntukkan untuk tingkatkan kesejahteraan warga desa, kenaikan kualitas hidup manusia dan pengendalian kemiskinan dan dituangkan dalam Gagasan Kerja Pemerintah Desa.


Penerapan aktivitas yang diongkosi dari Dana Desa berdasar pada dasar tehnis yang diputuskan oleh bupati/walikota berkenaan aktivitas yang diongkosi dari Dana Desa.


Baca Juga: Desa Wisata Tinalah Top 50 Website Wisata Indonesia


Penerapan aktivitas yang diongkosi dari Dana Desa diprioritaskan dilaksanakan secara swakelola dengan memakai sumber daya/bahan baku lokal, dan diusahakan dengan semakin banyak mempernyerap tenaga kerja dari warga Desa di tempat.


Dana Desa bisa dipakai untuk mengongkosi aktivitas yang tidak terhitung dalam fokus pemakaian Dana Desa sesudah mendapatkan kesepakatan bupati/walikota dengan pastikan pendistribusian Dana Desa untuk aktivitas yang jadi fokus utama sudah tercukupi dan/atau aktivitas pembangunan dan pendayagunaan warga sudah tercukupi.


Prioritas dan Tujuan Dana Desa

Dana Desa diutamakan untuk pendanaan penerapan program dan aktivitas bertaraf lokal desa dengan arah untuk tingkatkan kesejahteraan warga desa dan kualitas hidup warga dan pengendalian kemiskinan. Fokus Dana Desa didistribusikan untuk mengongkosi sektor pendayagunaan warga didasari atas keadaan dan kekuatan desa, searah dengan perolehan sasaran RPJMDes dan RKPDes tiap tahunnya.


Dana Desa diutamakan untuk peningkatan kekuatan ekonomi lokal buat tingkatkan kemampuan warga desa dalam peningkatan wiraswasta, kenaikan penghasilan, dan peluasan rasio ekonomi warga desa.


Berdasar konsep pengendalian Dana Desa sisi yang tidak dipisahkan dari pengendalian keuangan Desa dalam APBD, semua aktivitas yang diongkosi Dana Desa diperkirakan, dikerjakan dan dipelajari secara terbuka dengan mengikutsertakan semua kalangan masyarakat desa, semua aktivitas harus dipertanggung jawabkan secara admistratif, secara, tehnis, dan secara hukum. Dana Desa dipakai secara terukur, ekonomis, efesien, efisien, berkeadilan, dan teratasi.


Dana Desa Untuk Desa Wisata

Desa Wisata merupakan salah satu ruang peningkatan kekuatan ekonomi lokal buat tingkatkan kemampuan warga desa dalam peningkatan wiraswasta, kenaikan penghasilan, dan peluasan rasio ekonomi warga desa. Desa wisata merupakan ruang bagi masyarakat untuk mengembangkan pariwisata di desa berbasis masyarakat dengan segala potensinya (alam, budaya, buatan) dan pengembangan ekonomi kreatif.


Desa di Indonesia memiliki potensi alamiah, potensi budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yakni kehidupan sosial budaya, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian dan lainnya yang bisa dikembangkan untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara datang dan berlibur ke Desa.


Pemerintah harus menolong tingkatkan kemampuan dan kualitas SDM pengurusnya. Menteri Desa, Pembangunan Wilayah Ketinggalan dan Transmigrasi Republik Indonesia sudah keluarkan Permendes Nomor 14 Tahun 2020 mengenai Dana Desa. Dalam Permendes tercantum dana desa bisa dipakai untuk aktivitas peningkatan desa wisata.


Tindak lanjuti Permendes Nomor 14 Tahun 2020, desa bisa meningkatkan kekuatan wisata memakai dana desa. Desa dapat membudgetkan.membujetkan aktivitas peningkatan desa wisata itu dalam APBDes.


Iklim pariwisata yang kondusif dapat tercipta dengan membangun dan menyediakan kebutuhan sarana prasarana Desa sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan potensi Desa, sekaligus sebagai aset Desa dalam rangka mempercepat pengembangan destinasi wisata di Desa. 


Konsep dasar homestay adalah Atraksi Wisata (mengangkat Arsitektur Tradisional Nusantara dan interaksi dengan masyarakat lokal) dan Amenitas (tempat tinggal aman, nyaman dan berstandar internasional).


Penggunaan Dana Desa untuk program prioritas nasional sesuai kewenangan Desadiprioritaskan untuk pencapaian SDGs Desa dengan pengembangan Desa wisata untuk pertumbuhan ekonomi Desa merata.


Alokasi Dana Desa untuk Desa Wisata Tahun 2022

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2021 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2022

Dana desa untuk pengembangan Desa wisata
a. pengadaan, pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Desa wisata;
b. promosi Desa wisata diutamakan melalui gelar budaya dan berbasis digital;
c. pelatihan pengelolaan Desa wisata;
d. pengelolaan Desa wisata;
e. kerjasama dengan pihak ketiga untuk investasi Desa wisata; dan
f. pengembangan Desa wisata lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa yang diputuskan dalam Musyawarah Desa.


Tujuan Dana Desa dan Bantuan Dana Desa untuk Desa Wisata Tahun 2020

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2020 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 11 TAHUN 2019 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2020


Tujuan penggunaan Dana Desa untuk membiayai pembangunan Desa Wisata adalah:
1. meningkatkan perekonomian Desa;
2. menciptakan lapangan pekerjaan di Desa;
3. mengangkat budaya, keunikan, keaslian dan sifat khas Desa setempat;
4. mendorong perkembangan kewirausahaan lokal; dan
5. mendorong peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) melalui BUMDES.


dapat dikelola oleh BUMDesa antara lain:
1. pondok wisata (homestay) yang berstandar nasional/internasional;
2. toilet/MCK yang berstandar nasional/internasional;
3. kios cenderamata;
4. Ruang ganti dan/atau toilet;
5. Pergola;
6. Gazebo;
7. Lampu Taman;
8. Pagar Pembatas;
9. panggung kesenian/pertunjukan;
10. Pusat jajanan kuliner;
11. Tempat Ibadah;
12. Menara Pandang (viewing deck);
13. Gapura identitas;
14. wahana permainan anak;
15. wahana permainan outbound;
16. taman rekreasi;
17. tempat penjualan tiket;
18. angkutan wisata;
19. tracking wisata mangrove;
20. peralatan wisata snorkeling dan diving;
21. papan interpretasi;
22. sarana dan prasarana kebersihan;
23. pembuatan media promosi (brosur, leaflet, audio visual);
24. internet corner;
25. pelatihan pemandu Wisata;
26. interpretasi wisata;
27. pelatihan pengelolaan Desa Wisata;
28. pelatihan sadar wisata dan pembentukan kelompok sadar wisata/Pokdarwis; dan
29. pengembangan skema konversi dan renovasi rumah-tumah adat, dll.


Pengadaan, pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Desa Wisata, antara lain:
1) ruang ganti dan/atau toilet;
2) pergola;
3) gazebo;
4) lampu taman;
5) pagar pembatas;
6) pondok wisata (homestay);
7) panggung kesenian/pertunjukan;
8) kios cenderamata;
9) pusat jajanan kuliner;
10) tempat ibadah;
11) menara pandang (viewing deck);
12) gapura identitas;
13) wahana permainan anak;
14) wahana permainan outbound;
15) taman rekreasi;
16) tempat penjualan tiket;
17) angkutan wisata;
18) tracking wisata mangrove;
19) peralatan wisata snorkeling dan diving;
20) papan interpretasi;
21) sarana dan prasarana kebersihan;
22) pembuatan media promosi (brosur, leaflet, audio visual);
23) internet corner; dan
24) sarana dan prasarana Desa Wisata lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan dalam musyawarah Desa.


Itu tadi alokasi dana desa untuk desa wisata. Semoga anggaran desa dapat terserap dengan baik, salah satunya untuk pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Selalu cek peraturan dana desa terbaru untuk mendapatkan info prioritas penggunaan dana desa disetiap tahunnya.
Kelas Digital Marketing Kelas Digital Marketing