Desa Wisata Tinalah -->
Paket Wisata Jogja Dewi Tinalah

Langkah Pemasaran Desa Wisata, Pengelola Wajib Tau!

Pemasaran desa wisata saat ini sangat penting dipelajari karena desa wisata sudah menjadi bagian penting dalam industri pariwisata berbasis masyarakat (CBT). Sebagai bentuk usaha diperlukan pemasaran desa wisata yang optimal agar dapat memberikan informasi yang tepat sasaran. Lalu apa saja langkap pemasaran desa wisata? Di artikel ini akan dibahas secara lengkap langkah-langkap pesaran desa wisata dan berbagai media yang dapat digunakan untuk promosi desa wisata.


langkah-pemasaran-desa-wisata


Apa itu Pemasaran Desa Wisata?

Bersamaan dengan bertambahnya keperluan wisatawan akan produk wisata desa, yang dituruti oleh perkembangan desa wisata di Indonesia yang semakin tumbuh subur, karena itu beberapa pengurus desa wisata wajib melakukan peranan pemasaran yang lebih bagus kembali supaya lebih populer dan banyak didatangi, hingga arah menyejahterakan warga lewat kepariwisataan bisa terwujud. 


Dalam masalah ini Dewi Tinalah ingin share berkenaan beberapa langkah yang bisa dilaksanakan oleh pengurus desa wisata dalam pasarkan desa wisatanya pada zaman ekonomi share (share economy) dan zaman digital di saat ini. Berikut beberapa langkah dari pemasaran desa wisata:


1. Analisis Produk Desa Wisata

Produk desa wisata sebagai pengalaman keseluruhan pengunjung sepanjang beraktivitas di desa wisata. Pengalaman keseluruhan itu terdiri atas sesuatu yang mereka saksikan (something to see), apa yang mereka kerjakan (something to do) dan apa yang mereka membeli (something to buy). Oleh karenanya, langkah awal dalam pemasaran desa wisata ialah menemukenali atau mengenali apa yang dapat disaksikan, dilaksanakan dan dibeli oleh pengunjung di desa wisata yang kita punyai.

Langkah mengenali produk ialah pertama dengan mencatat sebanyaknya kekuatan yang dipunyai, dan ingat suatu hal yang umum dan dilaksanakan setiap hari oleh masyarakat di desa kita, belum pasti biasa dimata pengunjung kita, seperti menyaksikan orang latihan seni tari kemungkinan biasa dimata kita sebagai masyarakat desa, tapi menjadi suatu hal yang mengagumkan dimata pengunjung, atau menanam padi kemungkinan hal yang umum untuk kita, tapi menjadi mengagumkan untuk pengunjung dari kota.


Langkah ke-2  yakni dengan berpikir inovatif, yakni membuat suatu hal yang tidak berada di desa kita jadi ada, seperti membuat gardu pandang dari bambu untuk swafoto (selfie), membuat sarana istirahat dengan hammock, membuat pentas atraksi dan lain-lain.

2. Definisikan USPs Desa Wisata

Tahapan ke-2  dalam pemasaran desa wisata ialah merangkum USPs (Unique Selling Proposition) atau umum disebutkan dengan Unique Selling Poin. USPs sebagai kekhasan yang hendak kita jual ke pasar yang disebut argumen kenapa pengunjung akan tiba ke desa wisata kita, tidak ke desa wisata lainnya, karena umumnya yang banyak dicari itu yang unik-unik. Disamping itu, USPs bisa menjadi senjata untuk keluar kompetisi harga, yang bisa berpengaruh jelek untuk keberlangsungan desa wisata.

USPs dirumuskan berdasar analisis produk yang sudah kita kerjakan dan USPs harus betul-betul unik dan berharga dimata pengunjung, dan tidak gampang diimitasi oleh desa wisata lainnya. Contoh Desa Wisata Ngelanggeran di Gunung Kidul memutuskan USPs-nya: Gunung Api Purba dan kolam besar seperti telaga yang umum disebutkan dengan Embung. Desa Wisata Panglipuran di Bali tinggalakan USPs-nya: rumah tradisi Bali yang paling asli Bali dan masih seragam tidak tercampur dengan kebudayaan kekinian sekarang ini.

Contoh lain USPs di Desa Wisata Tinalah dengan Pesona Alam dan Budaya. Kegiatan desa wisata berbasis masyarakat di Dewi Tinalah kental dengan kegiatan di alam dan budaya masyarakat setempat.

3. Tentukan Target Pasar Desa Wisata

Tahapan ke-3  dalam pemasaran desa wisata ialah cari fragmen pasar yang sesuai karakter produk dan USPs yang telah diputuskan. Dalam cari fragmen pasar target, pengurus desa wisata bisa memakai beragam tehnik segmentasi seperti segmentasi berdasar arah wisata, geografis, demografis, psikografis, sikap atau berbasiskan produk.


Anjuran saya untuk beberapa pengurus desa wisata, tehnik segmentasi yang pas ialah kombinasi di antara geografis, demografis, psikografis dan berbasiskan produk, mirip contoh berikut ini:

  • USPs : Dewi Tinalah untuk kegiatan live in dan outdoor kegiatan petualangan.
  • Fragmen : Geografis (Beberapa kota besar di Indonesia, beberapa negara sekitaran dengan capaian penerbangan kurang dari 8 jam), demografis (sebagian besar lelaki berumur 18-40 th, siswa, mahasiswa, periset, karyawan swasta/pemerintah), psikografis (ketertarikan yang tinggi pada aktivitas penjelajahan, integratif sosial, riset), pangkalan produk (hiker, trackker, explorer).

Adapun fragmen yang diincar itu, awalnya harus melalui proses penyeleksian, dengan persyaratan:

  • Fragmen yang diputuskan harus yang sanggup dilayani oleh pengurus desa wisata (product-market matching);
  • Fragmen yang diputuskan harus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan;
  • Fragmen yang diputuskan agar lebih efektif dalam mencapainya dibandingkan dengan fragmen lainnya.

4. Definisikan Positioning Desa Wisata

Sesudah pasar diputuskan, karena itu tahapan seterusnya dalam pemasaran desa wisata ialah merangkum Positioning. Adapun Positioning ialah taktik dalam memberikan citra desa wisata dipikiran pasar supaya dipersepsikan unik dibandingkan dengan desa wisata lainnya. Pangkalan penentuan positioning ialah USPs yang telah dirumuskan awalnya. Contoh USPs-nya ialah sebagian besar warga peternak sapi dan perajin olahan dari susu sapi, karena itu bisa dirumuskan positioning sebagai sentral/pusat olahan susu sapi terkomplet di Indonesia.

5. Bangun Identitas (brand)

tahap selanjutnya dalam pemasaran desa wisata ialah membuat identitas, atau yang umumnya disebutkan dengan branding. Identitas umumnya berbentuk simbol, nama, ikon, jargon atau tagline. Desa wisata harus mempunyai identitas, agar diperbedakan dengan lainnya dan bisa gampang dikenang oleh pasar.

Dalam membuat identitas, yang pertama harus dilaksanakan ialah memutuskan satu merk (brand), seterusnya dikampanyekan lewat komunikasi pemasaran. Menurut Keller (2013), dalam memutuskan merk, ada banyak hal yang penting jadi perhatian misalnya:

  • Memorability; merk harus gampang dikenang, gampang dikenali/sederhana, gampang bisa dibaca, gampang jadi perhatian dan jadi fokus perhatian.
  • Meaningfullness; merk harus mempunyai makna dan akar yang terasosiasi dengan produk.
  • Likability; merk harus terkesan secara seni (eye-catching).
  • Transferability; merk harus bisa disamakan dalam bahasa atau rutinitas fragmen pasar.
  • Adaptability; merk harus fleksibel atau pas ditaruh pada semua media, keadaan atau keadaan.
  • Protectability; merk janganlah sampai diimitasi atau diduplikasi, oleh karenanya harus didaftarkan secara legal.

6. Bangun Produk Desa Wisata 

Tahapan keenam dalam pemasaran desa wisata ialah membuat dan meningkatkan produk. Sama seperti yang sudah saya terangkan awalnya, produk desa wisata pada intinya ialah pengalaman keseluruhan atas sesuatu yang disaksikan, dilaksanakan dan dibeli oleh pengunjung. Oleh karenanya, pengurus desa wisata bersama penopang kebutuhan lainnya harus bisa sediakan fasilitas dan prasarana supaya pengalaman keseluruhan dari pengunjung itu terlayani.


Produk harus bisa memberi jalan keluar atau faedah ke pasar yang sudah diincar, oleh karenanya, pengurus desa wisata harus cari tahu faedah apa yang diperlukan, yang diharapkan dan yang diharap oleh target pasar. Jika sudah dijumpai, bangunlah produk sesuai keperluan, kemauan dan keinginan target pasar itu, tapi dengan memerhatikan daya bantu lingkungan dan sosial supaya desa wisata bisa dipiara kebersinambungannya.

Formasi produk atau umum disebutkan dengan bauran produk yang bisa dibungkus oleh pengurus desa wisata ialah:

  • Produk fisik: terbagi dalam (1) pertunjukan seperti pertunjukan dari alam (pegunungan, persawahan, danau, bukit, sunset/sunrise, dll), bikinan (taman bermain, jembatan, air mancur, dan lain-lain.), budaya (tari-tarian, kehidupan warga, warisan riwayat dan lain-lain.); (2) sarana pendukung wisata (fasilitas, tempat minum dan makan, pusat info, toilet, dan lain-lain.); (3) fasilitas perolehan (jalan, model transportasi, petunjuk arah, dan lain-lain.)
  • Paket wisata: yakni produk bundel yang terbagi dalam kombinasi dari beberapa arah lawatan dengan 1 harga tertentu, seperti paket bertani yang terbagi dalam beraktivitas pertanian, makan/minum, melihat atraksi dan berkunjung sentral oleh-olehan.
  • Program: yakni beberapa acara (moment) yang bisa dibikin oleh pengurus desa wisata, baik secara reguler atau terencana, atau spontan, seperti acara perlombaan mengolah, acara keagamaan, hajatan 17 agustusan, dan lain-lain.

7. Tentukan Harga Paket Desa Wisata

Sesudah produk dibungkus, pengurus harus bisa membuat hitung-hitungan berapakah ongkos keseluruhan (harga dasar) yang perlu dikeluarkan dalam menyiapkan produk, baik berbentuk produk unit, paket atau moment. Kemudian, pengurus desa wisata bisa memutuskan nilai jual dengan beberapa tehnik penentuan harga seperti berikut:

  • Penetratif: yakni penentuan harga rendah diawalnya untuk menggairahkan lawatan, dan seterusnya menaikan harga sampai pada status harga biasa yang hendak dijajakan secara reguler.
  • Psikologikal: yakni penentuan harga untuk mendapat kesan-kesan emosional, seperti berkesan murah. Contoh supaya berkesan murah tidak memutuskan harga Rp. 200.000,-, tapi Rp. 199.000,-.
  • Macam: yakni memutuskan harga berdasarkan type-tipe pengunjung tertentu, seperti harga orang dewasa berlainan dengan anak kecil, harga untuk pengunjung luar negeri berlainan dengan dalam negeri, dan lain-lain. Atau memutuskan harga berdasar saat-saat tertentu seperti akhir minggu berlainan dengan beberapa hari biasa, musim berlibur berlainan dengan musim biasa.

8. Bangun Aliran Pemasaran Desa Wisata

Tahapan seterusnya dalam pemasaran desa wisata ialah membuat aliran pemasaran (kanal). Aliran pemasaran sebagai mediator desa wisata dalam meraih pengunjungnya. Ada banyak aliran yang bisa dipakai oleh pengurus desa wisata seperti berikut:

  • Tanpa aliran pemasaran: yakni pengurus desa wisata langsung datangkan pengunjung tanpa mediator, dapat dengan berkunjung komunitas-komunitas, mengundang warga, mengundang perusahaan, dan lain-lain.
  • Dengan memakai mediator: yakni pengurus dalam datangkan pengunjung melalui mediator seperti biro perjalanan, agen perjalanan wisata, pramuwisata (guide) dan lain-lain.

9. Kerjakan Komunikasi Pemasaran Desa Wisata

Langkah selanjutnya dalam pemasaran desa wisata ialah berkomunikasi pemasaran atau umum disebutkan dengan promo. Beberapa langkah saat lakukan komunikasi pemasaran ialah memutuskan arah komunikasi, merangkum pesan dan pilih alat yang pas.

  • Memutuskan arah komunikasi: pengurus desa wisata bisa memutuskan arah dari komunikasi pemasaran, apa untuk memberitahukan, untuk memengaruhi/persuasi, dan apa untuk mengingati. Dalam memutuskan arah komunikasi pemasaran, pengurus desa wisata bisa memutuskan satu arah saja atau gabungan dari 2 arah atau ketiganya. Yang perlu jadi perhatian dalam penentuan arah komunikasi pemasaran itu ialah harus dihubungkan dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Misalnya jika kondisinya desa wisata baru ada ke pasar, karena itu yang lebih pas dari arah komunikasi marketingnya untuk memberitahukan, bila desa wisata telah populer dan banyak dikunjungai, karena itu bisa memutuskan arah komunikasi cuman untuk mengingati saja.
  • Merangkum pesan: pesan harus dirumuskan sesuai arah dari komunikasi pemasaran yang sudah diputuskan. Contoh: jika maksudnya untuk merangsan dan memengaruhi pasar untuk tiba, karena itu beberapa pesan persuatif yang bisa dirumuskan, seperti berpesan diskon atau harga khusus pada periode berlibur dan lain-lain.
  • Pilih alat (tools) komunikasi pemasaran: sesudah arah dan pesan dirumuskan, karena itu setelah itu pilih alat berkomunikasi yang bisa dipakai untuk menyampaikan pesan. Dalam masalah ini, ada banyak alat yang bisa diputuskan oleh pengurus desa wisata dalam menyampaikan pesan ke audiens-nya sebagai berikut:
Pemasaran desa wisata juga harus memperhatikan beberapa media pemasaran yang mudah digunakan dan mudah didistribusikan. Banyak strategi pemasaran yang dapat digunakan sebperti berikut.

  • Digital pemasaran: membuat web atau website, aktif dalam media sosial, (tergabung dengan ITX (Indonesia Tourism Exchange) dan desawisataindonesia.com), bekerja bersama dengan online travel agent (Trip Advisor, Airy Rooms, Traveloka, PegiPegi, dll), bekerja bersama dengan aggregator (Air Bnb, Home Away, dan lain-lain.).
  • Advertensi: menebarkan edaran, mengundang produser film atau film sinetron supaya jadi lokasi shooting, membuat buku petunjuk untuk pengunjung, dan lain-lain.
  • Pemasaran individual: sebagai wujud penawaran pemasaran dengan berhubungan secara individu baik dengan bertemu muka langsung atau lewat media (telephone, e-mail, media sosial, chat) dengan audience.
  • Jalinan warga: membuat dan menebarkan press release, ikuti seminar atau pameran dagang, mengadakan acara (moment), servis warga (layanan konsumen) dan lain-lain.
  • Promo pemasaran: memberi potongan harga, coupon berhadiah (bermalam gratis, ticket gratis, dll), hadiah langsung (farm-trip, souvenir, dan lain-lain.), hadiah pembelian (membeli paket A bisa kalender, dan lain-lain.), melangsungkan kontes berhadiah, dan lain-lain.


Cara pemasaran desa wisata tertera di atas tidak berjalan baik bila tidak ada kerjasama antara penopang kebutuhan, dimulai dari tingkat lokal sampai tingkat nasional. Karena itu, untuk beberapa pengurus desa wisata, dalam tiap lakukan keputusan marketingnya, harus didiskusikan dan dirumuskan bersama dengan beberapa penopang kebutuhan, supaya sama-sama berasa mempunyai.

Itu tadi langkah pemasaran desa wisata yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengelolaan desa wisata khususnya dalam promosi desa wisata. Semoga bermanfaat.

Team Building Paket Outbound Jogja di Dewi Tinalah

Halo Sobat Dewi Tinalah, banyak yang tanya apa itu team building dalam kegiatan outbound. Team Building ialah satu aktivitas permainan yang direncanakan supaya menggairahkan ikut serta aktif beberapa individu di dalam meraih arah yang sudah disetujui bersama hingga mereka akan berpikir, berperangai dan berperan pada team. Nah, itu tadi pengertian team building, sangat mudah diingat untuk pecinta kegiatan outbound.


team-building-paket-outbound-dewi-tinalah
Team Building - Paket Outbound Jogja di Dewi Tinalah


Visi Aktivitas Team Building

Disokong oleh fasilitator yang pakar dan eksper dan trampil di bagiannya. Pelatih lapangan yang memiliki keterampilan dan kuasai proses keamanan di bagian alam bebas


Aktivitas Team Building mempunyai tujuan untuk menstimuli kekuatan tiap pribadi buat tingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Baik kekuatan secara individual, atau kekuatan dalam suatu team. Hingga tiap peserta training akan tercipta jadi seorang beberapa individu berkualitas dengan kekuatan unggul dalam semua sektor, baik secara Soft Kemampuan atau Hard Kemampuan. 


Aktivitas outbound team building sendiri sebagai satu proses yang dirasakan tiap peserta untuk bekerja bersama dan berdinamika keduanya jadi satu kesatuan dalam team, dilandasi oleh loyalitas individu, khususnya berkenaan komponen-komponen penting dalam memicu efektivitas kerja team.


Tujuan Team Building

Banyak tujaun dari team buildin ini, satu diantaranya seperti sama-sama membagikan pekerjaan dan peran supaya pas target, dalam tempatkan orang yang pas di lokasi yang pas (the right man in the right place), Leadership, sikap ikhlas berkorban, sama-sama menghargakan, komunikasi, sikap terbuka, menggenggam tegar loyalitas, dan komponen penting yang lain. Dengan begitu pada akhirannya akan terjaga satu ikatan kebersama-samaan, dan sanggup menghidupkan motivasi kerja team (Team Spirit).


Ini secara automatis akan membuat Team Sinergy, khususnya situasi performa dalam bekerja yang serasi. Ini sebagai langkah pertama terciptanya team yang kompak jalan secara efisien, menjadikan satu pemahaman untuk capai satu arah untuk perkembangan perusahaan.


Dalam pada itu, media aktivitas berbentuk rintangan persoalan yang perlu dituntaskan oleh tiap team di ide sebegitu rupa merujuk ke nilai-nilai objecttifitas sesuai keinginan faksi manajemen, dan arah diadakannya program outbound team building itu.


Satu diantaranya sebagai nilai-nilai budaya perusahaan, menyesuaikan nilai-nilai dan budaya perusahaan sebagai input atau goal seting dari program outbound itu lewat sesion dialog (sharing), sama-sama share akan pengalaman-pengalaman terbaik di saat berdinamika keduanya sampai sesudah team menuntaskan persoalan setiap rintangan aktivitas berbentuk replikasi aktivitas berbentuk permainan. 


Selanjutnya, nilai-nilai itu diambil faedahnya untuk jadi pengalaman bernilai (experiential learning), hingga selalu bisa diterapkan ke kehidupan riil, baik dalam dunia kerja, atau dalam kehidupan setiap hari dalam bermasyarakat.


Aktivitas Team Building

Aktivitas Team Building diawali dengan proses pencairan group besar di Big Grup Ice Breaking, saat sebelum dipisah jadi kelompok-kelompok kecil. Sesudah team terdiri di dalam barisan kecil di antara 8-14 orang, team dikasih pekerjaan untuk pilih ketua barisan, nama barisan, dan ditugaskan untuk membikin yel-yel barisan yang nanti akan di presentasikan. 


Tiap team akan di dampingi oleh fasilitator untuk lakukan Grup Dynamic dan Grup Building, selanjutnya masing-masing akan hadapi tantangan-tantangan atau persoalan yang perlu dituntaskan. Sesudah menuntaskan aktivitas dengan batasan waktu tertentu, fasilitator pengiring akan memediasi sesion share untuk share Learning Poin atau pengalaman terbaik sepanjang team berdinamika untuk diambil faedah hingga team akan jadi lebih baik kembali pada hadapi rintangan selanjutnya.


Semua team akan bersaing keduanya di saat dan tempat yang serupa, untuk cari team terbaik dengan dilandasi akan nilai-nilai positif berbentuk sikap percaya diri, percaya pada kerja team, sama-sama lengkapi, junjung sikap fair-play, terima kelebihan seseorang dan lain-lain.


Seterusnya, semua team akan di lebur menjadi lagi satu kesatuan untuk hadapi rintangan secara group besar. Tiap pribadi dituntut untuk memberi kontibusi terbaik, jadi sisi dari team besar, tidak mudah menyerah, konsentrasi pada arah bersama, hingga team besar itu sama-sama pundak membahu dalam hadapi persoalan atau rintangan yang diberi pelatih atau fasilitator, karena kesuksesan team besar diperlukan kontributor dari tiap pribadi yang bergabung di dalam team besar itu, namun ketidakberhasilan dapat dari salah seorang.


Tempat Team Building Outbound Jogja

Dapatkan kesempatan seru kegiatan team building dengan Paket Outbound Jogja di Desa Wisata Tinalah. Banyak kegiatan seperti Ice Breaking, Small Gruping, Game To Pos yang dilakukan di tema building Dewi Tinalah. Harga kegiatan tema building terjangkau untuk setiap penyelenggara. Hubungi kontak Dewi Tinalah untuk reservasi kegiatan paket outbound team building.

Desa Wisata Tinalah Juara 4 Desa Wisata Digital Raih 50 Besar ADWI 2021

Desa Wisata Tinalah meraih prestasi gemilang dalam ajang Anugerah Desa Wisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI tahun 2021. Desa Wisata Tinalah berhasil memenangkan juara 4 kategori desa wisata digital, menjadi desa wisata pertama di Yogyakarta yang berhasil meraih prestasi tersebut.


Ajang Anugerah Desa Wisata 2021 merupakan ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI untuk memberikan penghargaan kepada desa wisata yang berhasil meraih prestasi dan inovasi dalam pengembangan desa wisata. Tahap awal ajang ini sudah melewati kurasi dari 300 besar dan 100 besar desa wisata dari seluruh pendaftar sebanyak 1831 desa wisata di Indonesia dari 34 provinsi yang diumumkan melalui Jadesta.com. Desa Wisata Tinalah berhasil masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik di Indonesia dan memperoleh juara 4 pada kategori desa wisata digital.


Prestasi ini merupakan bukti nyata dari konsistensi Desa Wisata Tinalah dalam memanfaatkan media digital, mulai dari website, media sosial, hingga layanan digital lainnya, untuk mengembangkan desa wisata. Desa Wisata Tinalah telah berhasil memanfaatkan media digital dengan baik untuk mempromosikan potensi wisata dan budaya yang dimilikinya. Sehingga, desa wisata Tinalah mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan menikmati pesona alam yang dimilikinya.


desa-wsiata-tinalah-juara-4-desa-wisata-digital-anugerah-desa-wisata-indonesia-2021-kemenparekraf

Pemanfaatan media digital memiliki peran penting dalam pengembangan desa wisata. Melalui media digital, desa wisata dapat menjangkau calon wisatawan dari berbagai daerah atau bahkan negara. Selain itu, media digital juga dapat digunakan sebagai sarana promosi yang efektif dan efisien untuk menarik minat wisatawan. Dengan memanfaatkan media digital, desa wisata dapat memperluas jangkauan promosinya dan meningkatkan popularitasnya di kalangan wisatawan.


Tidak hanya itu, pemanfaatan media digital juga dapat mempermudah akses informasi bagi wisatawan, seperti informasi tempat wisata, penginapan, kuliner, dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di desa wisata. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan wisatawan selama berkunjung di desa wisata.


Desa Wisata Tinalah telah membuktikan bahwa pemanfaatan media digital dapat menjadi strategi yang efektif dalam pengembangan desa wisata. Desa wisata yang mampu memanfaatkan media digital dengan baik dapat memperoleh berbagai keuntungan, seperti peningkatan jumlah wisatawan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan meningkatkan kualitas infrastruktur dan pelayanan di desa wisata tersebut.



desa-wsiata-tinalah-juara-4-desa-wisata-digital-anugerah-desa-wisata-indonesia-2021

Dalam rangka memperoleh penghargaan Anugerah Desa Wisata, Desa Wisata Tinalah telah melakukan berbagai upaya dan inovasi dalam pengembangan desa wisata, termasuk pemanfaatan media digital. Keberhasilan digitalisasi pada Desa Wisata Tinalah juga terlihat dari adanya pemanfaatan aplikasi android bernama Tinalah Guide. Aplikasi ini memberikan informasi lengkap tentang layanan dan kegiatan yang ada di Desa Wisata Tinalah. Pengunjung dapat mengakses informasi tentang lokasi homestay, tempat outbound, lokasi camping, rute jeep adventure, dan masih banyak lagi. 


Keberhasilan digitalisasi di Desa Wisata Tinalah juga memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat lokal. Dengan adanya pemanfaatan teknologi, masyarakat lokal memiliki akses untuk mempromosikan layanan dan produk mereka secara lebih luas, sehingga dapat meningkatkan daya tarik Desa Wisata Tinalah sebagai tujuan wisata yang menarik. Selain itu, digitalisasi juga membuka peluang bisnis baru seperti jasa pembuatan video promosi dan fotografi untuk Desa Wisata Tinalah yang membutuhkan keterampilan khusus.


Desa Wisata Tinalah menjadi desa wisata pertama di Yogyakarta yang berhasil meraih juara 4 dalam kategori desa wisata digital pada Anugerah Desa Wisata Kemenparekraf RI tahun 2021. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Desa Wisata Tinalah telah mampu mengoptimalkan pemanfaatan media digital dalam pengembangan desa wisata. Tidak hanya itu, Desa Wisata Tinalah juga terus berupaya untuk terus meningkatkan layanan dan pengalaman wisata bagi pengunjung, dengan menggabungkan budaya lokal, alam, dan teknologi digital.


Ingin belajar Digitalisasi Desa Wisata untuk tingkatkan pengelolaan desa wisata? Cek jadwal pelatihan / workshop yang dikembangkan oleh Dewi Tinalah. Cek Jadwal Acara.

Pelatihan Digitalisasi Desa Wisata Se-Yogyakarta di Dewi Tinalah

Dewi Tinalah – Adopsi teknologi saat ini masiv diterapkan di desa wisata. Adanya desa wisata ini menjadi salah satu ruang penting bagi masyarakat desa untuk berkreasi dan meningkatkan nilai tambah, baik untuk lingkungan, sosial dan ekonomi. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta laksanakan Pelatihan Digitalisasi Desa Wisata Se-Yogyakarta di Dewi Tinalah dengan tema Digitalisasi, Branding, Pemasaran, dan Penjualan di desa wisata pada tanggal 16 Oktober 2021.


Pelatihan Digitalisasi Desa Wisata Se-Yogyakarta Dewi Tinalah
Pelatihan Digitalisasi Desa Wisata di Dewi Tinalah


Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamat di Jl. Raya Janti No.4, Wonocatur, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan ini dengan tujuan untuk pengembangan komptensi SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk pengelola desa wisata, pelaku kuliner, homestay, kuliner dan fotografi.


Dalam sesi pembukaan ini, Bu Lita dari Dinpar DIY menyampaikan tentang pentingnya digitalisasi untuk desa wisata di Yogyakarta. Dewi Tinalah nantinya dapat memberikan tips dan trik untuk pengelolaan digitalisasi desa wisata karena telah meraih Anugerah Desa Wisata Indonesia dan menjadi Desa Wisata Digital.


Galuh Alif Fahmi Rizki selaku pengelola Desa Wisata Tinalah dan pegiat digitalisasi desa wisata menyampaikan tentang paradigma pariwisata 4.0 tentang adopsi tekonologi tepat guna, mulai dari internet of things, big data, dan cloud computing untuk pengelolaan desa wisata. Hal terpenting dalam digitalisasi dalah mindset dan paradigma untuk berkembang, SDM juga harus trampil.



Kegiatan ini tidak hanya sekedar membahas secara teoritis tentang digitalisasi desa wisata. Peserta kegiatan juga melakukan praktik tentang pembuatan video sebagai bagian dari dokumentasi kegiatan yang ada di kegiatan desa wisata.


Bagi Anda yang ingin belajar tentang digitalisasi desa seperti digitalisasi desa wisata, penerapan digitalisasi di Bumdesa dan pemasaran produk desa dengan internet dapat menghubungi Desa Wisata Tinalah sebagai narasumber desa digital. Kontak person 085729546678.

Pariwisata Berbasis Masyarakat: Definisi Konsep dan Kriteria

Pariwisata Berbasis Masyarakat Sebuah komunitas menurut definisi menyiratkan individu dengan semacam tanggung jawab kolektif, dan kemampuan untuk membuat keputusan oleh badan perwakilan.


Pariwisata Berbasis Masyarakat


Pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata di mana penduduk lokal (seringkali pedesaan, miskin dan terpinggirkan secara ekonomi) mengundang wisatawan untuk mengunjungi komunitas mereka dengan penyediaan akomodasi semalam.


Baca Juga: Pengertian Parwisata


Penduduk memperoleh penghasilan sebagai pengelola lahan, pengusaha, penyedia jasa dan produksi, dan karyawan. Setidaknya sebagian dari pendapatan wisatawan disisihkan untuk proyek-proyek yang memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.


Pariwisata berbasis masyarakat memungkinkan wisatawan untuk menemukan habitat lokal dan satwa liar, dan merayakan dan menghormati budaya, ritual, dan kearifan tradisional. Masyarakat akan menyadari nilai komersial dan sosial yang ditempatkan pada warisan alam dan budaya mereka melalui pariwisata, dan ini akan mendorong konservasi sumber daya ini berbasis masyarakat.


Akomodasi dan fasilitas wisata akan menjadi standar yang memadai bagi pengunjung Barat, meskipun mereka mengharapkan akomodasi pedesaan yang sederhana. Komunitas akan diminta untuk memiliki akses berkelanjutan ke telepon (yang mungkin diperlukan untuk bantuan medis) dan akses harian ke email (yang akan diperlukan oleh operator untuk mengonfirmasi pemesanan).


Baca Juga: Konsep Desa Wisata


CBT akan mengikutsertakan juga masyarakat pada proses pembikinan keputusan dan dalam pencapaian sisi penghasilan paling besar langsung dari kedatangan beberapa pelancong. Dengan begitu segera dapat membuat peluang kerja, kurangi kemiskinan dan bawa imbas positif pada konservasi lingkungan dan budaya asli desa. Dan pada akhirannya diharap akan sanggup tumbuhkan jati diri dan rasa senang dari warga di tempat yang tumbuh karena kenaikan aktivitas pariwisata.


Dalam buku pegangan yang diedarkan REST (1997), termuat beberapa hal konseptual dan ringkas dari CBT, Menurut REST, secara terminologis, penyertaan keterlibatan masyarakat dalam project peningkatan pariwisata memiliki banyak nama, yaitu Community-Based Tourism (CBT), Community-Based Ecotourism (CBET), Agrotourism, Eco and Adventure Tourism dan homestay. Dilapisan akademis, tidak ada kesepakatan pada beberapa istilah dari bermacam type pariwisata ini.


Adapun pengertian CBT ialah pariwisata yang mengetahui keberlangsungan budaya, sosial, dan lingkungan. Wujud pariwisata ini diatur dan dipunyai oleh masyarakat untuk masyarakat, buat menolong beberapa pelancong untuk tingkatkan kesadaran mereka dan belajar mengenai masyarakat dan tata langkah hidup masyarakat lokal (local way of life). Dengan demikan, CBT benar-benar berlainan dengan pariwisata massa (mass tourism). CBT sebagai mode peningkatan pariwisata yang beranggapan jika pariwisata harus pergi dari kesadaran nilai-nilai keperluan masyarakat sebagai usaha membuat pariwisata yang lebih berguna untuk keperluan, ide dan kesempatan masyarakat lokal (Pinel: 277) CBT bukan usaha wisata yang mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan profile untuk beberapa investor. CBT lebih berkaitan dengan imbas pariwisata untuk masyarakat dan sumber daya lingkungan (environmental sumber). CBT lahir dari taktik peningkatan masyarakat dengan memakai pariwisata untuk alat perkuat kekuatan organisasi masyarakat rural/lokal.


Dalam khasanah pengetahuan kepariwisataan, taktik itu dikenali dengan istilah community based tourism (CBT) atau pariwisata berbasiskan masyarakat. Konstruksi CBT ini pada konsepnya sebagai salah satunya ide yang perlu dan krisis dalam perubahan teori pembangunan kepariwisataan konservatif (growth oriented mode) yang sering memperoleh banyak kritikan sudah meremehkan hak dan menepikan masyarakat lokal dari aktivitas kepariwisataan pada sebuah tujuan. Kritikan itu ada karena pada tingkat global, kegiatan wisata secara massif yang jalan sejauh ini dipercayai munculkan imbas negatif, diikuti dengan berjalannya pengurangan kualitas lingkungan yang kerap disentuh pelancong.


Baca Juga: Pelaksanaan Pembangunan Desa Wisata


Bisa disebutkan jika CBT sebagai ide ekonomi kerakyatan yang riel, langsung dikerjakan oleh masyarakat dan hasilnya langsung dicicipi oleh masyarakat. Ide ini lebih mengutamakan imbas pariwisata pada masyarakat dan sumber daya lingkungan. CBT ada dari taktik peningkatan masyarakat, dengan memakai pariwisata untuk alat perkuat kekuatan organisasi masyarakat perdesaan yang mengurus sumber daya pariwisata dengan keterlibatan masyarakat di tempat.


Panduan Desa Wisata Berbasis Masyarakat



Walau ada dari masyarakat, CBT tidak sepenuhnya jadi jalan keluar yang prima untuk permasalahan masyarakat. Bila asal-asalan diaplikasikan, CBT dapat memunculkan permasalahan dan bawa musibah. Oleh karenanya, komune harus pintar-pintar saat menentukan dan waspada. Disamping itu, harus disiapkan semua secara mencukupi saat sebelum menjalankan CBT supaya pas untuk peningkatan CBT. Yang lebih bernilai kembali, masyarakat harus berkekuatan untuk melakukan modifikasi atau membatalkan CBT supaya tidak melebihi kemampuan pengendalian masyarakat atau bawa imbas negatif yang tidak teratasi.

Kelas Digital Marketing Kelas Digital Marketing